Mesin Suritech itu diinisiasi pada tahun 2004 bersama timnya saat melaksanakan penelitian potensi hasil tangkapan sampingan pukat udang di laut Arafura. Penelitian tersebut merupakan kerja sama PT Sucofindo dan Dinas Kelautan dan Perikanan Papua.
“Saya sebagai ketua tim kegiatan penelitian. Kami kaget ketika mengetahui potensi bycatch atau hasil sampingan yang meliputi ikan, pelagis kecil dan ikan demersal, yang umumnya memiliki nilai ekonomi rendah. Sebanyak 80 persen hasil samping ini dibuang kembali ke laut dalam kondisi mati. Estimasi kami potensi bycatch pukat udang di Arafura mencapai 132.168 ton per tahun, " ujar Ari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Guru Besar IPB bahas tantangan tata kelola hutan
Melihat potensi tersebut, Prof Ari memutuskan membuat mesin Suritech untuk mengolah hasil samping tersebut. Suritech diproduksi dan dipasarkan secara komersial oleh PT Samudera Teknik Mandiri. Mesin Suritech adalah mesin yang digunakan untuk memisahkan daging dan duri ikan.
Setelah mendapat paten pada 17 Mei 2006, mesin Suritech mampu meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 kali lipat. Di samping itu, mesin ini juga mampu menghasilkan produk higienis dan bersih tanpa adanya tulang maupun duri ikan.
“Efisiensi untuk mendapatkan daging lumat (surimi) sangat tinggi yakni 95 persen dan sampahnya hanya lima persen,” ujar dosen IPB University yang mendapatkan penghargaan Rintisan Teknologi Industri (RINTEK) oleh Presiden RI pada tanggal 20 Desember 2010 itu.
Prof Ari juga menyampaikan mesin Suritech dapat digunakan untuk semua jenis ikan bahkan ikan bandeng yang mengandung banyak tulang.
Baca juga: Merger tiga bank syariah perlu kebijakan afirmatif
Mesin Suritech didesain untuk bisa digunakan pada semua jenis ikan khususnya untuk ikan ikan-kecil yang berukuran kurang dari 40 centimeter. Apabila ikan-ikan berukuran lebih besar harus dipotong terlebih dahulu.
Mesin Suritech konsisten hadir sebagai inovasi untuk mendukung ketahanan pangan dan diversifikasi produk perikanan di Indonesia. Hingga saat ini, tercatat ada sekitar 100 unit Suritech yang telah digunakan oleh masyarakat dari Aceh hingga Papua untuk mengolah ikan menjadi surimi.
“Harapannya, mesin Suritech bisa dimanfaatkan dalam kegiatan penangkapan ikan di laut untuk mengurangi kehilangan produk perikanan yang dibuang sebagai discarded bycatch yang jumlahnya di dunia jutaan ton per tahun itu, " harap dia.
Baca juga: IPB University anugerahi Doni Monardo gelar Doktor Honoris Causa
Baca juga: Dosen IPB: UU Ciptaker potensi bantu ketahanan pangan masyarakat adat
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020