Sektor industri kita tetap agresif mendobrak pasar internasional di tengah masa yang sulit karena dampak pandemi COVID-19
Ekspor nonmigas dari industri pengolahan sepanjang Januari-September 2020 tercatat 94,36 miliar dolar AS, yang menunjukkan sektor manufaktur masih memberikan sumbangsih paling besar terhadap total nilai ekspor nasional pada periode yang sama.
"Artinya, sektor industri kita tetap agresif mendobrak pasar internasional di tengah masa yang sulit karena dampak pandemi COVID-19," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian R Janu Suryanto di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Menperin: Kinerja manufaktur naik, dampak kebijakan PEN berjalan baik
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-September 2020 berada di angka 117,19 miliar dolar AS. Sementara kontribusi nilai pengapalan dari sektor industri pengolahan menembus 80,5 persen.
"Neraca perdagangan industri pengolahan pada periode Januari-September 2020 adalah surplus sebesar 8,87 miliar dolar AS," ungkap Janu.
Kinerja gemilang ditorehkan oleh industri makanan dengan nilai ekspornya mencapai 21,31 miliar dolar AS atau naik 10,5 persen dibanding periode yang sama 2019.
Selanjutnya, diikuti industri logam dasar yang mencatatkan nilai ekspornya sebesar 16,96 miliar dolar AS atau naik 30,7 persen dari capaian di periode yang sama tahun lalu.
"Kemudian, nilai ekspor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia melebihi 9 miliar dolar AS," sebut Janu.
Sementara itu, angka pengapalan industri tekstil dan pakaian jadi menembus 8 miliar dolar AS, serta industri kertas dan barang dari kertas mencatatkan nilai ekspor hingga 5,16 miliar dolar AS.
"Pada Januari-September 2020 ini, ada sejumlah sektor industri yang kinerja ekspornya naik signifikan dari tahun lalu," tutur Janu.
Sektor yang mengalami pertumbuhan ekspornya positif di atas 10 persen, antara lain adalah industri pencetakan dan reproduksi media rekaman dengan nilai ekspor sebesar 29,78 juta dolar AS atau naik 27,8 persen.
Kemudian, industri furnitur yang nilai ekspornya 1,59 miliar dolar AS atau naik 15,2 persen, serta industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional dengan nilai ekspor mencapai 484,79 juta dolar AS atau naik 10,1 persen.
Kapusdatin Kemenperin pun memaparkan kinerja ekspor industri pengolahan pada bulan September 2020 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (m-to-m).
"Untuk neraca perdagangan industri pengolahan pada bulan September 2020 juga mencatatkan surplus, dengan nilai 2,04 miliar dolar AS," imbuhnya.
Nilai ekspor industri pengolahan pada September 2020 tercatat sebesar 11,56 miliar dolar AS, naik sebesar 7,3 persen dari Agustus 2020 (m-to-m) yang mencapai 10,77 miliar dolar AS.
Apabila dibandingkan September 2019 (year-on-year), kinerja ekspor industri pengolahan pada September 2020 naik hingga 6,6 persen.
"Pada September 2020, China menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan dari Indonesia, diikuti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan India," tandas Janu.
Guna memperluas akses pasar ekspor bagi industri di Tanah Air, Kemenperin terus mendorong kerja sama yang komprehensif dengan beberapa negara potensial dan nontradisional.
Baca juga: Presiden: Manufaktur dan indikator ekonomi lainnya mulai membaik
Baca juga: Menperin gembira, PMI manufaktur RI tembus level ekspansif
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020