Pandemi COVID-19 mendorong negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) untuk mempercepat pembangunan dan pengembangan infrastruktur ekonomi digital di kawasan, demikian hasil diskusi yang diadakan oleh lembaga kajian ekonomi ERIA, Jumat.
Pasalnya, digitalisasi memungkinkan pertukaran barang dan jasa di kawasan jadi lebih efektif dan efisien, kata tiga pembicara diskusi, yaitu pejabat tinggi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, wakil sekretaris jenderal ASEAN, dan kepala ekonom wilayah Asia Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi ASEAN, Aladdin D Rillo, dalam sesi diskusi virtual, selama dan pascapandemi COVID-19 penguatan infrastruktur ekonomi digital jadi prioritas negara-negara di kawasan.
“Kami sangat menekankan pentingnya mempercepat transformasi digital (di kawasan, red), dan pandemi ini sebenarnya menekankan betapa pentingnya memanfaatkan teknologi digital, yang sebenarnya saat ini sudah banyak dipraktikkan, mulai dari belanja online sampai bekerja lewat dunia maya,” kata Aladdin.
Ia menjelaskan teknologi digital memungkinkan pelaku usaha di masing-masing negara memperluas bisnisnya, meningkatkan produktivitas, dan menekan biaya produksi. “Bahkan, para pelaku usaha dapat dengan mudah menghubungkan produknya dengan pembeli di negara lain,” kata dia.
Oleh karena itu, ia menerangkan ASEAN telah menyiapkan peta jalan rencana dan rencana aksi untuk mempercepat pengembangan infrastruktur ekonomi digital di kawasan. ASEAN, menurut Aladdin, juga telah menyusun rencana aksi kemitraan komprehensif ASEAN dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk periode 2021-2025.
Dalam dokumen itu, yang diakses lewat laman resmi ASEAN, kemitraan itu bertujuan mendorong penerapan rencana aksi integrasi digital di kawasan serta mendukung strategi ASEAN untuk menghadapi revolusi industri 4.0.
Walaupun demikian, Kepala Ekonom OECD untuk wilayah Asia Kensuke Tanaka menyebut ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh beberapa negara anggota ASEAN, salah satunya kesenjangan akses digital.
“Beberapa negara ASEAN masih menghadapi kesenjangan infrastruktur ICT (teknologi informasi dan komunikasi, red),” kata Tanaka dalam sesi diskusi yang sama.
Ia menjelaskan kesenjangan akses Internet salah satunya terlihat di komunitas masyarakat berpenghasilan tinggi dan rendah. “Indonesia jadi salah satu negara di Asia Tenggara yang cukup berhasil mempersempit kesenjangan akses Internet,” kata dia.
Dalam sesi diskusi yang sama, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Iman Pambagyo, kesenjangan akses digital (digital divide) jadi salah satu masalah yang perlu dipecahkan bersama. Ia pun mempertanyakan apakah ASEAN memiliki strategi konkret untuk mengatasi masalah kesenjangan tersebut.
“Menurut saya, kita perlu menyatukan berbagai program, inisiatif, dan rencana aksi terkait masalah kesenjangan akses digital ini, baik di tingkat nasional dan regional,” ujar Iman.
Baca juga: ASEAN, China tingkatkan kerja sama ekonomi digital
Baca juga: Kerja sama media ASEAN-China diyakini mampu bangkitkan ekonomi digital
Baca juga: Bekraf: Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia tertinggi di ASEAN
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020