Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, Yohanes Soubirius De Santo, mengikutkan sejumlah karyanya pada pameran seni rupa berskala internasional di Prancis dan Jerman.Namun saya masih merasa perlu belajar lebih banyak lagi dari semua ini. Karena ini merupakan bagian dari proses saya yang terjun di dunia berkesenian
"Di Prancis, saya berhasil menembus pameran 'CoArt' yang digelar oleh Provence Academy di Galeri Doramaar, Ménerbes, Prancis. Pameran tersebut berlangsung September 2020. Dalam pameran ini, karya lukisan yang dipamerkan merupakan karya dari para pemenang kompetisi yang berlangsung bulan Agustus," kata Soubirius di Singaraja, Minggu.
Ia menampilkan dua karya dalam pameran di Prancis itu, yakni seni rupa berjudul "I'm Starting To Be Spotted" dan "Negotiable Crowd".
"Ini bukan pameran seperti pada umumnya. Tetapi yang ditampilkan adalah karya yang menang sebelumnya," katanya.
Pameran yang diikuti di Jerman, adalah "(OBSCURE) Desire" diselenggarakan oleh Automat Art Space di Saarbrűcken, Jerman pada 6 November 2020. Ada tiga karyanya yang lolos, yakni "I'm Starting To Be Spotted", "Behind The Rules", dan "Gradually Getting Better".
Ia menjelaskan penciptaan karya-karya itu berawal dari penglihatan terhadap lingkungan sekitarnya.
"Inilah sudut pandang saya tentang dunia kesenian, di mana kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit, namun kesenian dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang dapat memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk," tuturnya.
Baca juga: Disebut berpeluang ke pasar internasional pameran Bali Megarupa
Yohanes membutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk persiapan mengikuti pameran tersebut.
"Persiapan itu menyangkut beberapa urusan kelengkapan data karya dan data diri yang diperlukan oleh pihak penyelenggara pameran," jelasnya.
Keikutsertaan dalam pameran bukan pengalaman baru baginya. Pada 2017, ia mengikuti pameran drawing internasional diselenggarakan jurusannya. Dari itu, pameran lain terus dijajal diikuti. Selain itu, ada pameran di tingkat lokal Bali dan nasional.
Pameran tersebut berupa seni kolase antarpulau di Indonesia. Hasilnya, ia terpilih masuk dalam katalog Covid Affects Art 2020 sebagai 150 Perupa Kontemporer Indonesia yang terus bekerja dalam suasana pandemi. Ajang ini diselenggarakan Dicti Art Laboratory.
Ia juga terpilih masuk dalam pameran bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bersama 74 seniman Indonesia.
"Dari ini terus berlanjut hingga sekarang di tahun 2020, saya mulai mengikuti beberapa kegiatan internasional, seperti ikut dalam pembuatan buku sebagai peringatan Hari Guru di India, masuk dalam majalah internasional di Inggris, mengikuti beberapa festival seni rupa internasional, dan lain lain," katanya.
Pengalamannya itu tidak langsung membuatnya puas diri. Mengikuti pameran dengan skala lebih besar masih menjadi keinginannya.
"Namun saya masih merasa perlu belajar lebih banyak lagi dari semua ini. Karena ini merupakan bagian dari proses saya yang terjun di dunia berkesenian, khususnya seni rupa," katanya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Hubungan Masyarakat Undiksha Singaraja, Bali I Wayan Suastra, mengatakan di tengah pandemi COVID-19, mahasiswanya tetap bisa berprestasi.
“Tentu ini hal yang membanggakan," ucapnya.
Ia mengatakan prestasi itu akan memberikan kontribusi pada Sistem Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa). Dalam hal ini, Undiksha pada 2020 berada pada peringkat 23 nasional.
"Karena itu kami sangat mendukung mahasiswa yang ikut berkompetisi, termasuk pendanaan. Pada akhir tahun kami juga memberikan penghargaan," katanya.
Baca juga: Dua patung karya Syahrizal Koto dipamerkan di Shanghai
Baca juga: Pengamat Seni: Candi Borobudur sumber ide kreatif-produktif
Baca juga: Kemenparekraf gelar Pameran dari Rumah, lewat live instagram
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020