Menurut Bamsoet, mengenang peran pemuda pada masa perjuangan kemerdekaan bukan berarti tidak mau beranjak dari romantisme masa lalu.
Bamsoet menyampaikannya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Pergerakan Melompat Maju, secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Senin.
Sejarah, kata politikus senior Partai Golkar itu, adalah media introspeksi diri untuk belajar dari pendahulu, yakni bagaimana belajar tentang keteguhan hati dan kegigihan semangat juang, belajar tentang jiwa patriotisme dan nasionalisme, serta belajar tentang cinta Tanah Air dengan segala pengorbanannya.
"Dengan segala keterbatasan, salah satu senjata pamungkas yang mereka miliki adalah tekad baja untuk membela martabat bangsa. Banyak di antara mereka gugur di usia muda sebagai kusuma bangsa," ujarnya.
Baca juga: Syarief Hasan : Pesantren tempat belajar calon pemimpin bangsa
Ia mencontohkan Jenderal Sudirman yang teguh berjuang dalam masa sakitnya gugur pada usia 34 tahun, Robert Wolter Monginsidi gugur pada usia 24 tahun, maupun Martha Christina Tiahahu gugur pada usia sangat belia, 17 tahun.
Mantan Ketua DPR RI itu mengungkapkan berbagai potret generasi muda Indonesia masa kini, misalnya dari aspek demografi bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 jumlah pemuda sekitar 64,19 juta jiwa atau seperempat dari total jiwa penduduk Indonesia.
Namun, kata Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, dari aspek pendidikan ternyata angka melek huruf berupa kemampuan membaca dan menulis pemuda mencapai 99,66 persen.
"Artinya, masih ada sekitar 0,34 persen pemuda masih buta huruf. Meskipun cukup kecil, memprihatinkan. Karena di tengah upaya mengejar modernitas zaman yang memasuki era Revolusi Industri 4.0 dan era masyarakat 5.0, masih ada sebagian kecil pemuda bangsa yang tertinggal jauh di belakang," ungkap Wakil Ketua Umum SOKSI tersebut dalam keterangannya.
Dari aspek ketenagakerjaan, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu menyebutkan sebanyak 61,72 persen pemuda yang bekerja mempunyai pendidikan terakhir sekolah menengah ke atas, dan sekitar 13,07 persen pemuda adalah pengangguran.
Baca juga: Bamsoet dorong kaum milenial majukan pertanian
Ada hal yang cukup mengejutkan dari aspek sosial ekonomi, kata Kepala Badan Bela Negara FKPPI itu, ternyata 44,47 persen pemuda tinggal di rumah tidak layak huni sehingga kondisi tersebut harus mendapatkan perhatian khusus dari segenap pemangku kepentingan.
"Secara umum, tolok ukur memotret 'wajah' pemuda juga dapat dirujuk dari angka Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), yang merepresentasikan berbagai capaian kepemudaan pada lima bidang dasar. Yaitu pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, partisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi," tutur Bamsoet.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020