Barangkali itu adalah hal menggelitik yang bisa dipertanyakan mengingat ponpes memang selama ini identik dengan basis-basis institusi pendidikan keagamaan.
Namun, hal itu kini bakal menjadi nyata adanya di lingkungan seputaran kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) yang sejak awal 2019 mengubah namanya menjadi IPB University.
Nama IPB sendiri diresmikan Presiden Sukarno pada 1 September 1963 setelah sebelumnya menjadi bagian dari Universitas Indonesia (UI) dan sejak itu kampus UI di Bogor memisahkan diri dan resmi menjadi IPB.
Adalah Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) IPB, organisasi eksternal kampus dengan aktivis mahasiswa pelestari budaya "ahlusunnah wal jama'ah (Aswaja) dan tradisi Nusantara di lingkungan kampus ilmu pertanian tropika terbesar di Asia Tenggara itu, yang menggagas dan sedang merintisnya.
"Namanya Pondok Pesantren Ma'had Jawi, didirikan oleh Yayasan Global Inspirasi Nusantara di bawah naungan Himpunan Alumni KMNU IPB," kata Ketua Badan Pengurus Harian Himpunan Alumni KMNU IPB periode 2018-2020 Muhammad Zimamul Adli, M.Si.
KMNU IPB sendiri memiliki visi untuk menjadi pusat kajian keagamaan yang berlandaskan Aswaja dan membentuk nilai-nilai kepemimpinan yang berlandaskan kekeluargaan.
Melalui visi ini, KMNU IPB mengawal dan menjaga tradisi Aswaja yang sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh penerusnya.
Berbagai program dan kegiatan diselenggarakan oleh KMNU IPB, di antaranya kajian kitab kuning, majelis tahfidz, dan majelis dibaiyah, kajian ilmiah, program pengembangan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat desa sekitar kampus IPB, dan perintisan unit bisnis KMNU.
Agar program berjalan lebih akselaratif dengan jangkauan yang lebih luas, maka KMNU IPB menggagas pendirian Pondok Pesantren Ma'had Jawi itu.
Ponpes tersebut didirikan dengan cita-cita menjadi pusat pendidikan dan dakwah Aswaja, yang saat ini terbatas di sekitar kampus IPB.
Cita-cita tersebut lahir dari kebutuhan mahasiswa IPB maupun masyarakat sekitar kampus yang rindu akan akses pendidikan dan dakwah Islam "ahlusunnah" yang moderat dan menyejukkan.
Ma'had ini sudah berdiri selama empat tahun dan telah melahirkan beberapa santri yang produktif mengadakan majelis kajian kitab dasar tajwid, tauhid, fikih, dan mendokumentasikannya dalam tulisan-tulisan maupun karya lain di media sosial.
Sejak didirikan, Ma'had Jawi menempati bangunan yang dipinjamkan oleh salah satu dosen IPB, di mana bangunan tersebut sekaligus merupakan sekretariat KMNU IPB.
Keadaan ini tidak menghalangi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar santri, walaupun terkadang harus berpindah tempat untuk menciptakan suasana kondusif.
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai diperlukan untuk mendukung aktivitas dan Program Ma'had Jawi dapat berjalan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, Yayasan Global Nusantara berencana untuk membebaskan lahan untuk wakaf pendirian Ponpes Ma'had Jawi di tanah seluas 1.150 m2 dan luas bangunan 200 m2.
"Kami mengajak saudara saudara dan para dermawan untuk bergotong royong membebaskan lahan tersebut agar pembangunan pondok pesantren mahasiswa NU pertama di sekitar kampus IPB University dapat terwujud," kata lulusan S1 Fisika dan S2 Biofisika IPB itu
Kepada dermawan dapat berpartisipasi aktif membantu dengan mengirimkan bantuan ke rekening Bank Mandiri (133 001 6543 076), dan Bank BRI (059 501000 286 560) atas nama Global Inspirasi Nusantara dan konfirmasi di nomor telepon 0821-11888985.
"Setiap bantuan yang disumbangkan semoga mendapat kebaikan yang berlipat berganda," katanya.
Sejarah panjang
Salah satu dari trio pendiri KMNU IPB Ahmad Fahir, S.Ag, M.Si menjelaskan bahwa pendirian organisasi itu di lingkungan IPB memiliki sejarah panjang.
Saat didirikan oleh Ahmad Fahir, Fitri Hasanah, M.Si dan KH Saeful Millah, Pimpinan Pesantren Al-Fatah, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, pada 26 Mei 2007 bentuknya adalah KMNU Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB, mengingat ketiganya adalah aktivis dan Pengurus Forum Mahasiswa Pascasarjana (Forum WACANA) IPB.
"Pada awal pembentukannya, KMNU IPB hanya menaungi mahasiswa pascasarjana. Baru kemudian pada tahun 2009 KMNU IPB dilebur untuk menaungi mahasiswa S-1," kata M Afifuddin AK, Ketua KMNU IPB masa bakti 2019/2020.
Menurut Ahmad Fahir, Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Lembaga Pertanian PBNU (PP LP2NU) periode 2007-2010, yang kini Ketua Yayasan At-Tawassuth Bogor, salah satu faktor pencetus pendirian KMNU IPB kala itu adalah masih lemahnya perhatian NU pada penguatan basis dari kalangan profesional.
Misalnya, ditunjukkan dengan lemahnya perhatian terhadap keberadaan akademisi di kampus umum, seperti di level mahasiswa, di maba NU kurang banyak menggarap, sedangkan kalangan dosen juga tidak banyak disentuh.
Kondisi itu juga menjadi benang merah dalam diskusi PBNU dengan para guru besar dan akademisi NU di lingkungan IPB pada 7 Oktober 2007 dengan tema "Menggagas Nahdlatul Ulama sebagai Organisasi Massa Islam Tradisional Terbesar yang Kokoh dan Modern".
Pencetus lainnya, adalah keprihatinan melihat potret kehidupan kampus yang didominasi oleh corak kelompok tertentu yang kurang menghargai keragaman.
Kelompok itu mendominasi gerakan mereka yang tidak jarang sering berujung pada klaim sebagai satu-satunya kelompok Islam yang "paling benar" dan menjadi "penafsir tunggal".
Motivasi dan kepercayaan diri semakin berlipat ganda dengan keberadaan aktivis NU dari berbagai negara yang kembali ke IPB pada tahun 2006 dan 2007, antara lain Dr Ir Aji Hermawan, M.M dan Dr Ir. Ifan Haryanto. M.Sc (Inggris), Dr Ir Zahrul Muttaqin. M.M, M.F (Australia), Dr Ir Toni Bakhtiar, M.Sc (Jepang), dan Ir KH Fuad Abdul Wahhab (Arab Saudi).
Selain itu, juga dukungan kala itu dari Ketua I PBNU KH Masdar Farid Mas'udi MA, mantan Bendahara PBNU Dr Ishartono dan Ketua PP-LP2NU Dr Rachmat Pambudy, MS yang mendukung penuh dan menjadikan semakin yakin bahwa gagasan mendirikan KMNU adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat dan keberkahan.
Setelah dilebur untuk juga menaungi mahasiswa S-1 pada 2009, kepengurusan organisasi ini sudah berjalan empat periode, yaitu periode I (2009/2011) dipimpin Nailul Abror, periode II (2011/2013) dijabat Muhammad Zimamul Adli, periode III (2011/2013) di bawah pimpinan M. Aldy Khuluq.
Kemudian, periode IV (2013/2014) dipimpin Achmad Mujib, periode V (2014/2015) diketuai Hasan Bisri, periode VI (2015/2016) di bawah pimpinan Hamzah Alfarizi, periode VII (2016/2017) dijabat Ikbal Muzaki, periode VIII (2017/2018) dipimpin Janu Saefulloh, periode IX (2018/2019) diketuai Imadudin Firdaus Ibrahim, dan periode X (2019/2020) dijabat M Afifudin AK.
Sekolah Pengabdian
Ketua KMNU saat ini M Afifudin AK menjelaskan organisasi eksternal kampus yang berlandaskan Islam Aswaja Annahdliyah itu aktif dalam pelestarian tradisi keagamaan yang umum dalam komunitas "Nahdliyin", seperti "maulid diba'", pengajian kitab kuning (Fathul Qorib), kajian keputrian, tahsin dan tahfidz Al Quran pada setiap pekannya.
Selain itu, KMNU IPB juga aktif di bidang sosial melalui inisiasi pembentukan tiga kelompok belajar informal "Sekolah Pengabdian" yang dikelola oleh pengurus.
Sekolah-sekolah tersebut didedikasikan bagi anak-anak usia SD yang kurang beruntung secara finansial dan anak-anak yatim piatu.
Selain itu, KMNU IPB juga setiap tahunnya rutin menggelar santunan anak yatim dan kegiatan sosial lainnya.
Kegiatan terbaru pada 11-18 September 2020, KMNU IPB telah mengadakan santunan anak yatim dan memberi bantuan terhadap korban terdampak pandemi COVID-19 di beberapa kota dan kabupaten yakni Bogor (Jabar), Rembang (Jateng), Probolinggo, Tuban, Nganjuk (Jatim) dan sekitarnya.
Kegiatan-kegiatan itu adalah bukti keseriusan KMNU IPB dalam melakukan pengabdian sosial.
Saat ini jumlah anggota mencapai 400 orang, di mana hal ini menandakan KMNU IPB berkembang pesat seiring dengan banyaknya kontribusi KMNU IPB dalam setiap kegiatan keagamaan di kampus pertanian itu.
Selain aspek agama dan pengabdian sosial, KMNU IPB juga aktif di bidang akademik seperti melakukan kajian ilmiah, membentuk komunitas prestatif serta rutin mengadakan pelatihan "softskill" maupun "hardskill" bagi para anggotanya.
Tidak jarang KMNU IPB juga berkolaborasi dengan Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) yang ada di manca negara seperti Eropa maupun Timur Tengah untuk mengadakan kajian ilmiah maupun kegiatan sosial keagamaan seperti tahlil, maulid, doa bersama, dan lainnya.
Semua program dan kegiatan tersebut menunjukkan keseriusan KMNU IPB dalam meningkatkan kapasitas di bidang spiritual, sosial, maupun akademik para anggotanya.
KMNU IPB mempunyai harapan besar agar para anggotanya dapat menjadi profesional di bidangnya masing-masing.
Anggota KMNU IPB tercatat meraih prestasi bergengsi baik level nasional maupun internasional. "Ini menunjukkan anggota KMNU IPB membuktikan bahwa sebagai seorang santri yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan bangsa," katanya.
Impian besar KMNU IPB dan Himpunan Alumni KMNU IPB lainnya yaitu membangun pondok pesantren mahasiswa NU pertama di sekitar Kampus IPB Darmaga.
"Sudah saatnya KMNU IPB memiliki pondok pesantren mahasiswa sendiri, kita harus mempunyai fasilitas yang memadai sehingga proses belajar mengajar akan lebih khidmat dan dengan adanya pesantren kita juga bisa membantu lebih banyak lagi mahasiswa NU yang ada di IPB," kata Muhammad Zimamul Adli.
Sebagai upaya untuk mewujudkan impian tersebut, secara resmi KMNU IPB dan HA KMNU IPB membuka penggalangan dana wakaf untuk pendirian pondok pesantren sejak April 2020.
Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020