Dari jumlah tersebut, terbagi atas 85 anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra dan 156 perawat atau anggota Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Sultra.
Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulawesi Tenggara (Sultra) dr Agus Purwo Hidayat mengatakan dari 85 dokter yang dinyatakan positif, tinggal sembilan orang yang tengah menjalani perawatan isolasi mandiri.
"Kalau angkanya (yang terkonfirmasi positif COVID-19) 85 orang, tapi yang sudah sembuh dalam perawatan sembilan orang gejalanya rata-rata ringan, terdiri 26 spesialis dan 59 dokter umum," kata Agus saat dihubungi via telepon seluler, di Kendari, Senin malam.
Baca juga: Satgas: Pasien sembuh dari COVID-19 di Sultra sebanyak 3.391 orang
Baca juga: Pasien sembuh dari COVID-19 di Sultra 3.329 orang
Menurut dia, seorang dokter meskipun telah menggunakan APD bisa terinfeksi virus COVID-19 karena orang yang menangani langsung pasien baik di klinik, puskesmas, maupun di rumah sakit.
Bahkan ia menilai seorang dokter bisa terinfeksi virus tersebut dari orang tanpa gejala (OTG) di luar rumah sakit, serta kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan mulai menurun, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.
"Tidak bisa dipungkiri, di samping kita bekerja di rumah sakit risiko terpapar pasien di luar rumah sakit juga (ada). Kalau OTG memang betul mungkin banyak karena kita tidak bisa pastikan, tetapi kemarin itu Nakes yang kita periksa rata-rata gejalanya ringan. Bahkan mungkin ada yang tanpa gejala. Jadi tidak bisa dipastikan mereka tertularnya dari mana saja," ujarnya.
Ia mengingatkan para nakes yang berkontak langsung dengan pasien COVID-19 agar selalu menggunakan APD sesuai pada tempatnya. Termasuk menjaga komunitas tubuh dengan mengkonsumsi vitamin atau istirahat yang cukup dan rajin berolahraga.
Sementara itu, Ketua Persatuan Perawat Indonesia (PPNI) Sultra Heriyanto mengatakan dari 156 perawat yang dinyatakan positif, 99 orang dinyatakan sembuh dan sisanya masih dalam perawatan.
"Daftar terakhir, 156 per tanggal 25 Oktober 2020. Jadi sembuh 99 orang, dalam perawatan itu masih 57 orang," kata Heriyanto.
Ia menyampaikan kalangan perawat yang terinfeksi virus corona rata-rata tidak jujur dengan kondisi kesehatannya, termasuk riwayat kontak dan perjalanannya, namun ketika dirawat dan dilakukan uji usap baru diketahui terkonfirmasi positif COVID-19.
"Paling pertama adalah ketidakjujuran pasien. Rata-rata mereka terpapar masuk ditingkat Puskesmas. Rata-rata ketidakjujuran pasien dengan riwayat perjalanan, pelacakan (tracking) kontak," ujarnya.
Ia berharap seluruh masyarakat termasuk nakes mau terbuka akan riwayat perjalanan dan kotak eratnya, karena menurut dia COVID-19 bukan sebuah aib yang harus ditutup tutupi, dan keterbukaan pasien dapat mempermudah penangan COVID-19.*
Baca juga: Pasien meninggal akibat COVID-19 di Sultra menjadi 79 orang
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Sultra bertambah 72 dan satu meninggal
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020