"Program ini untuk menjawab persoalan dan sekaligus menciptakan keadilan energi masyarakat di Indonesia timur, terutama daerah-daerah 3T," kata Mercy, saat memberikan sambutan ada peresmian SPBU Kompak dengan BBM Satu Harga di Desa Koijabi, Kecamatan Aru Tengah Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku, Jumat.
Menurut Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP tersebut, banyak pemain dan tengkulak BBM di daerah terpencil yang membuat masyarakat kecil susah karena harus membeli bahan bakar dengan harga lebih mahal.
Baca juga: Anggota DPR ingin realisasi program BBM satu harga dipercepat
Ia mengaku pernah turun di suatu daerah dimana penjual BBM tidak mencantumkan harga.
"Jadi kami saat itu harus beli dengan harga sesuai kemauan si penjual. Ada yang bahkan jual premium dengan harga Rp40.000 per liter, masyarakat terpaksa beli karena memang hanya ada di situ," katanya.
Karena itu, kata dia, kehadiran SPBU Kompak di Desa Koijabi, Aru Tengah Timur ini patut disyukuri, karena masyarakat terutama para nelayan di desa ini dan 12 desa sekitarnya sudah bisa menikmati BBM dengan harga yang sama dengan di ibu kota kabupaten.
"Kami di Komisi VII DPR RI juga sangat senang melihat apa yang kami gumuli selama ini sudah terealisasi, walaupun belum sepenuhnya," katanya.
Mercy lebih jauh mengatakan program BBM Satu Harga juga menjawab persoalan transportasi masyarakat di daerah terpencil yang selama ini kesulitan berpergian ke kota karena tidak ada bahan bakar.
"Karena itu, saya berharap Pertamina dan para penyalur tetap menjaga kuota sesuai kebutuhan masyarakat di Koijabi dan desa-desa sekitar," katanya.
Baca juga: Pemerintah jadikan migas bukan barang mewah bagi masyarakat pedalaman
Titik ketiga
Sebelumnya, Pertamina Sales Branch Manager Tual Yunus Muharrahman mewakili General Manager MOR VIII mengatakan SPBU Kompak yang menyediakan bio premium dan bio solar seharga Rp6.450 dan Rp5.150 ini merupakan titik ketiga di Kabupaten Kepulauan Aru, dan titik kedelapan program BBM Satu Harga yang sudah direalisasikan di Provinsi Maluku.
"Tahun 2020 direncanakan ada 29 titik di Papua dan Maluku yang diresmikan," katanya.
Ia mengatakan, pada dasarnya, Pertamina sejak 2017 diminta untuk mencari mitra penyalur BBM Satu Harga di daerah 3T, sesuai amanah dari BPH Migas.
"Untuk Koijabi ini kami mendapat mitra Rehan Star Jaya, sehingga SPBU Kompak bisa hadir di sini dan kita resmikan hari ini," katanya.
Ia berharap kehadiran SPBU itu dapat membantu masyarakat Koijabi yang umumnya mencari nafkah sebagai nelayan, karena tidak perlu lagi mencari bahan bakar ke kota Dobo atau agen dengan harga yang bisa mencapai Rp15.000 per liter.
Karena itu, diharapkan pihak Rehan Star Jaya dapat menjaga kuota yang dibutuhkan masyarakat di 13 desa kecamatan Aru tengah timur.
Yopi Selfanay, Wakil Ketua Komisi I DPRD Aru, selaku pihak yang mengurus seluruh administrasI hingga SPBU Kompak di Koijabi bisa berdiri dan diresmikan, komitmen itu akan dijaga, karena BBM Satu Harga ini sudah lama diperjuangkan warga Koijabi dan desa-desa sekitarnya.
Baca juga: Pertamina percepat penyediaan BBM Satu Harga di Musi Banyuasin
"Selaku wakil rakyat dari Dapil Aru Tengah Timur, saya pastikan akan mengawal operasional SPBU Kompak dengan BBM Satu Harga ini dengan baik," katanya.
Peresmian SPBU Kompak Koijabi dilakukan oleh Pjs Bupati Kepulauan Aru Ros Soamole bersama Mercy Barends dan Yunus Muharrahman, dengan prosesi gunting pita, tanda tangan surat izin operasional dan pengisian perdana BBM Satu Harga di SPBU itu.
Dalam sambutannya, Ros Soamole menekankan pentingnya komitmen Rehan Star Jaya untuk menjaga maksud dan tujuan SPBU itu didirikan.
"Jangan hanya mendahulukan konsumen yang mampu membeli banyak. Penyalur harus memperhatikan kebutuhan nelayan kecil yang mungkin hanya mampu beli 2-5 liter untuk melaut, mencari nafkah keluarga," katanya.
"Selain itu, tetap berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam operasional dan pengembangan SPBU ini ke depan," tambahnya.
Sementara itu, Kades Koijabi Elseus Gainau menyatakan dirinya atas nama warga desa mengucapkan terima kasih kepada Pertamina dan pemerintah daerah maupun pusat yang telah menghadirkan BBM Satu Harga di desa mereka.
"231 KK desa ini semua punya perahu ketinting untuk melaut. Jadi kami sangat senang karena tidak perlu lagi ke Dobo untuk cari bahan bakar, apalagi harganya sama," katanya.
Pengakuan serupa diungkap Moses dan Edi, dua nelayan Desa Koijabi.
"Senanglah, sekarang tidak susah lagi cari bahan bakar dan harganya murah," kata Moses, yang mengaku butuh 10-15 liter solar dalam satu hari melaut dengan hasil tangkapan senilai Rp300.000.
Sementara Edi berharap pemerintah juga menyiapkan tempat penampungan ikan.
"Soalnya ikan yang tidak laku terpaksa kami buang ke laut, karena busuk," katanya.
Baca juga: Pertamina resmikan tiga SPBU Satu Harga daerah terpencil Lampung Barat
Baca juga: Pertamina bangun 15 titik BBM satu harga di wilayah 3T
Pewarta: John Nikita S
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020