• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Gelombang laut selatan Jabar-DIY capai 6 meter

BMKG: Gelombang laut selatan Jabar-DIY capai 6 meter

30 Oktober 2020 16:02 WIB
BMKG: Gelombang laut selatan Jabar-DIY capai 6 meter
Ilustrasi - Gelombang tinggi di perairan selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. ANTARA/Sumarwoto.
Tinggi gelombang laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi mencapai 6 meter atau sangat tinggi, kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo.

"Peningkatan tinggi gelombang ini dipengaruhi oleh pola angin di wilayah Indonesia yang umumnya bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan 5-25 knot," katanya di Cilacap, Jateng, Jumat.

Menurut dia, kondisi tersebut diprakirakan masih akan berlangsung dalam dua hari ke depan, sehingga pihaknya mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di laut selatan Jabar-DIY yang berlaku hingga tanggal 31 Oktober dan akan diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut.

Baca juga: BMKG: Waspada gelombang tinggi hingga enam meter di sejumlah perairan

Baca juga: BMKG: Nelayan antisipasi kemungkinan terjadinya gelombang tinggi


Ia mengatakan dalam peringatan dini gelombang tinggi itu disebutkan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY berpotensi mencapai 4-6 meter atau masuk kategori sangat tinggi.

"Oleh karena itu, bagi wisatawan yang mengunjungi pantai selatan Jabar hingga DIY, kami imbau untuk tidak mandi atau bermain air, terutama di pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas karena gelombang 4-6 meter dapat terjadi sewaktu-waktu dan sangat berbahaya," katanya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan berdasarkan analisis risiko dan keselamatan, tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter dan kecepatan angin di atas 15 knot berbahaya bagi perahu nelayan.

Selain itu, tinggi gelombang lebih dari 1,5 meter dan kecepatan angin di atas 16 knot berbahaya bagi tongkang serta tinggi gelombang lebih dari 2,5 meter dan kecepatan angin di atas 21 knot berbahaya bagi kapal feri.

Sebelumnya, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan nelayan harus bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya gelombang tinggi, terutama di laut selatan-barat Sumatra hingga selatan Nusa Tenggara.

"Wilayah selatan Jawa, selatan Sumatra, barat Sumatra, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara gelombangnya relatif tinggi  Nelayan hampir sulit menemukan gelombang di bawah dua meter, sulit sekali, yang sering adalah 2-4 meter, 3-5 meter, bahkan hari ini, besok, dan lusa enam meter," katanya.

Bahkan, jika gelombang tinggi itu dibarengi dengan kejadian-kejadian penting, seperti tekanan rendah di suatu daerah, akan semakin mengganggu cuaca di selatan Jawa. "Ini yang harus diantisipasi oleh nelayan. Nelayan tidak boleh berpikir sendiri, tidak boleh berunding sendiri dengan keluarga, tapi manfaatkan informasi dari BMKG," katanya.

Terkait dengan fenomena La Nina moderat yang sedang berlangsung saat ini, Eko mengatakan La Nina merupakan fenomena global tentang iklim, sehingga memicu peningkatan curah hujan di beberapa wilayah.

"Kalau kita dengar sampai saat ini, informasi yang kita terima (La Nina, red.) bisa meningkatkan curah hujan hingga 20-40 persen dari normalnya, tetapi tidak sama di setiap daerah. Itu juga nantinya pasti terkait dengan bagaimana kecepatan angin di laut," katanya.

Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi masih berpotensi di selatan Jabar-DIY

Baca juga: Gelombang 5 meter, BMKG: Nelayan pantai selatan Cianjur jangan melaut

Baca juga: BMKG: Dampak fenomena La Nina tak sampai ke Aceh


Menurut dia, angin adalah pembangkit utama dari gelombang laut sehingga ketika anginnya kencang, secara otomatis gelombangnya makin tinggi.

Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat untuk tidak cemas atau panik akan dampak La Nina terhadap gelombang laut, melainkan perlu beradaptasi terhadap lingkungannya.

Setelah kejadian atau fenomena tersebut berakhir, kata dia, masyarakat juga perlu melakukan mitigasi supaya ketika terjadi lagi tidak sampai menimbulkan kerugian besar.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020