"Sektor pariwisata adalah sektor yang paling terpuruk. Padahal sebelum pandemi, kontribusi devisa (sektor pariwisata) mengalahkan minyak dan gas," kata Abdul Fikri Faqih dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, pada tahun 2017 sektor pariwisata sempat di urutan kedua dalam kontribusi devisa.
Namun, memasuki awal 2020 kondisinya langsung terpuruk luar biasa, seperti di antaranya bisnis perhotelan hingga tempat wisata lainnya.
Baca juga: Presiden Jokowi minta terobosan promosi perkuat citra pariwisata RI
Untuk itu, ujar dia, harus ada terobosan dalam membangkitkan sektor pariwisata seperti tur virtual yang diharapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa menjadi solusi bagi wisatawan tetap mendapatkan pengalaman berwisata namun tetap aman.
Ia juga mengingatkan pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam aktivitas sektor pariwisata.
"Kehadiran protokol kesehatan ini diharapkan dapat mendukung rencana pembukaan usaha pariwisata dan ekonomi kreatif secara bertahap. Sehingga dapat menggerakkan kembali usaha pariwisata dan ekonomi kreatif, sektor yang paling terdampak dari pandemi," ucapnya.
Namun, keputusan terkait pembukaan kembali usaha pariwisata tentu harus disesuaikan dengan tingkat risiko wilayah penyebaran COVID-19 dan kemampuan daerah dalam mengendalikan wabah tersebut.
Baca juga: Pengamat: perlu terobosan dalam strategi pemasaran pariwisata
Sebagaimana diwartakan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah memiliki beragam program antara lain berupaya menyempurnakan fasilitas destinasi wisata di Bali demi meningkatkan kualitas sektor pariwisata melalui Program Revitalisasi Destinasi Wisata.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hari Sungkari mengatakan masih terdapat beberapa lokasi destinasi wisata di Bali yang amenitasnya belum memadai.
“Maka dari itu, fokus utama dari kegiatan revitalisasi ialah pada perbaikan amenitas di sejumlah daya tarik wisata di Bali, berupa perbaikan toilet dan penambahan fasilitas lain untuk menunjang kebersihan, kesehatan, keamanan, serta kenyamanan wisatawan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat,” katanya.
Menurut dia, hal itu penting karena salah satu ukuran suatu destinasi wisata itu bersih, indah, dan nyaman bisa dilihat dari toilet yang menunjang.
Hari Sungkari berharap melalui revitalisasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan serta daya saing destinasi pariwisata di Indonesia.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020