• Beranda
  • Berita
  • Indonesia-UEA segera mulai rencana kerja sama rehabilitasi mangrove

Indonesia-UEA segera mulai rencana kerja sama rehabilitasi mangrove

31 Oktober 2020 00:57 WIB
Indonesia-UEA segera mulai rencana kerja sama rehabilitasi mangrove
Pertemuan delegasi Indonesia yang dipimpin Kemenko Maritim dan Investasi dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab Abdullah Mohammad Bel Haif Al Nuaimi untuk membahas kerja sama rehabilitasi mangrove. (ANTARA/HO Kemenko Kemaritiman dan Investasi)

sangat penting dan 'urgent' (penting) bagi kedua belah pihak

Indonesia bersama Uni Emirat Arab (UEA) segera memulai kerja sama rehabilitasi mangrove, setelah pembahasan program tersebut dalam pertemuan antara delegasi kedua negara di Dubai, UEA awal pekan ini.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti bertemu dengan Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan Hidup Uni Emirat Arab Abdullah Mohammad Bel Haif Al Nuaimi pada Senin (26/10) membahas program rehabilitasi mangrove Indonesia.

Turut hadir perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Duta Besar Indonesia untuk UEA Husin Bagis dalam pertemuan tersebut.

"Secara alami, mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang besar, penyerap karbon dan penghasil oksigen sekaligus sebagai tempat berlindung dan pemijahan ikan. Oleh karena itu, kerja sama pengembangan rehabilitasi mangrove antara Indonesia dan UEA ini menjadi sangat penting dan 'urgent' (penting) bagi kedua belah pihak," kata Nani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Nani mengatakan pada masa pandemi COVID-19, kegiatan rehabilitasi mangrove melalui program padat karya yang dicanangkan oleh pemerintah terbukti bisa membantu pemulihan ekonomi masyarakat pesisir terkena dampak.

Guna mendukung program rehabilitasi mangrove Indonesia yang ditargetkan hingga 600.000 hektare dalam kurun waktu empat tahun ke depan sebagaimana disampaikan oleh Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada kunjungannya ke Brebes, 22 Oktober 2020 lalu, diperlukan kontribusi multi pihak termasuk UEA.

"Oleh karena itu, program kerja sama bilateral untuk pengembangan mangrove ini perlu segera diimplementasikan," kata Nani.

Dalam pertemuan itu, pemerintah Indonesia juga menawarkan spesies mangrove dari Indonesia untuk upaya rehabilitasi dan konservasi mangrove di UEA.

Pemerintah Indonesia juga menyampaikan usulan pengembangan Mega Proyek Mangrove seluas minimal 10.000 hektare dalam kurun waktu empat tahun dan disambut baik oleh Menteri Abdullah.

Menteri Abdullah mengapresiasi Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam sangat besar dan ingin melanjutkan hubungan baik yang telah terjalin selama ini. Sementara Dubes Husin Bagis menyambut baik keinginan Menteri Abdullah dan mendorong agar perjanjian kerja sama dapat segera diimplementasikan.

Spesies Indonesia
Pada kunjungan kerja 26-29 Oktober 2020 itu, juga dilakukan tinjauan ke Pusat Riset Kelautan Umm Al Quwain yang didirikan pada 1984 bekerja sama dengan JICA, memiliki beberapa fasilitas laboratorium seperti Lab Analisis Kualitas Air, Lab Biologi Laut, Lab Mikro Plastik, Lab Plankton dan Lab Perikanan.

Lokasi Pusat Riset Kelautan Al Quwain berada dalam kawasan pengembangan hutan mangrove sehingga sangat membantu dalam upaya konservasi dan pembibitan mangrove, budidaya ikan dan pemantauan alga berlebih yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan di perairan UEA.

Dalam kunjungan tersebut, Nani juga mengusulkan kegiatan yang dapat dilakukan pada masa pandemi ini adalah penanaman spesies mangrove dari Indonesia untuk membantu memperkaya dan memperluas wilayah mangrove UEA.

Kegiatan Dubai ditutup dengan kunjungan ke Al Zawra Protected Area yang memiliki luas 5,4 juta meter persegi yang terdiri dari kawasan hutan mangrove seluas 2.200 hektare yang tumbuh secara alami.

Di area ini sebagaimana di wilayah UEA lainnya, hanya ditemukan mangrove dengan jenis Avicenna marina atau biasa disebut dengan gray mangrove dengan tinggi bervariasi dari 3-10 meter, lebih dari 110 jenis burung dan berbagai jenis ikan. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki 108 spesies asli mangrove dan 202 spesies termasuk turunannya.

Di kawasan tersebut, para pengunjung dapat menikmati segarnya hutan mangrove berkeliling menggunakan kayak (kapal tanpa mesin) dan melakukan penanaman pohon untuk mendukung upaya rehabilitasi dan konservasi mangrove di UEA.

Delegasi Indonesia juga melakukan penanaman pohon mangrove sebagai tanda mata dan dukungan pemerintah Indonesia dalam kerja sama bilateral pengembangan mangrove antara kedua negara.

Baca juga: Luhut mau lobi Eropa-UEA bantu program penanaman mangrove
Baca juga: Tiga menteri tanam mangrove di Brebes atasi abrasi dan rob


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020