"Kegiatan yang terdiri atas pameran foto, arsip, dan video masyarakat Jawa Suriname dan seminar bertema pentingnya penelitian kontemporer orang Jawa Suriname akan menjadi media refleksi kultural," katanya, di Yogyakarta, Rabu.
Ia mengatakan, "Javasranang" yang berarti Jawa Suriname dalam bahasa "sranang tongo" adalah sebuah kegiatan yang akan memperlihatkan kondisi kontemporer Suriname, sebuah negeri di Amerika Selatan.
"Sekitar 15 persen di antara penduduk Suriname adalah keturunan Jawa yang bermigrasi secara paksa sejak akhir abad ke-20 sebagai buruh kontrak pada masa kolonial Belanda," katanya.
Menurut dia, setelah 120 tahun bermigrasi dan hidup di kawasan Karibia yang jauh dari tanah leluhur dengan struktur budaya yang berbeda, kini orang Jawa Suriname justru bisa menjadi cermin bagi orang Jawa yang tinggal di Jawa.
"Kegiatan `Javasranang` memiliki arti penting tidak hanya sebagai ajang memperingati suatu kejadian semata, tetapi lebih dari itu juga sebagai media refleksi bagi masyarakat Jawa secara luas," katanya.
Ia mengatakan, refleksi itu meliputi Jawa dan kebudayaan, pluralitas, identitas, bahasa, peluang, dan banyak hal yang selama 120 tahun tidak pernah menjadi pembicaraan penting di antara masyarakat Jawa Suriname dan Jawa.
"Kegiatan `Javasranang` juga digagas sebagai salah satu upaya mewujudkan sebuah rencana penelitian antropologi tentang masyarakat Jawa di Suriname dalam budaya populer yang akan dilakukan Noor Aini Prasetyawati, mahasiswa program S2 Jurusan Antropologi UGM Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, penelitian Noor Aini Prasetyawati berjudul Meretas Batas Membangun Identitas tersebut memiliki arti penting tentang masyarakat Jawa di Suriname.
"Penelitian itu memiliki arti penting karena tidak sekadar meneliti tentang orang Jawa Suriname, tetapi juga diharapkan dapat membuka horison masyarakat Jawa terhadap nilai-nilai budaya Jawa yang universal," katanya. (B015/K004)
Pewarta: kunto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010