”Saatnya masyarakat dunia diberikan pemahaman dan mengubah persepsi mereka, bahwa mengaitkan agama dengan radikalisme maupun terorisme adalah kesalahan yang besar," ujar Idris dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu, menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina agama Islam.
Ia menilai Indonesia, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar dunia, seharusnya lebih bisa berperan besar menjadi komunikator yang baik dengan negara-negara lain di dunia.
Baca juga: Presiden Jokowi kecam pernyataan Presiden Macron yang hina Islam
Selain karena Islam yang dipahami di Indonesia adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin, nilai-nilai agama juga sejalan dengan sila pertama Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia yakni Ketuhanan yang Maha Esa.
Oleh karena itu, menjaga toleransi antar-agama dan membangun toleransi antar-umat beragama harus dilakukan oleh Indonesia, sehingga stigma Islam, yang kerap dicap radikal, bisa menghilang dengan sendirinya.
"Saya tidak tahu persis, lembaga apa yang seharusnya mengambil peran ini. Namun pemerintah kita punya Kementerian Agama, Majelis Ulama Indonesia, belum lagi organisasi-organisasi islam yang merupakan partisipasi aktif masyarakat dalam mensyiarkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin itu. Serta Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang punya grup kerja sama bilateral atau Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang terus menyosialisasikan Nilai-Nilai Empat Pilar Kebangsaan," kata Idris.
Baca juga: Presiden Jokowi serukan dunia utamakan persatuan toleransi beragama
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengadakan konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta usai mengadakan pertemuan dengan tokoh lintas agama pada Sabtu (31/10).
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai menghina agama Islam dan telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Jokowi juga menyampaikan bahwa persepsi yang mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah sebuah kesalahan besar.
"Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Terorisme tidak ada hukum dengan agama apa pun," ujar Jokowi.
Baca juga: Indonesia desak Prancis agar tidak hubungkan Islam dan aksi teror
Namun demikian, Jokowi juga mengecam keras pembunuhan yang terjadi berlatar dendam di Paris maupun pembunuhan yang terjadi di Nice, Prancis.
Menurut Jokowi, kekerasan yang timbul akibat kesalahpahaman persepsi tersebut adalah sebuah tragedi, karena itu harus dihentikan.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020