Dalam hal ini, aktifitas mengurangi angin pada ban justru memberikan bahaya jika akan terjadi struktur berbentuk W dimana bagian tengah tapak ban tidak menyentuh permukaan jalan.
Sebaliknya saat ban diberi tekanan angin lebih tinggi dari anjuran, maka telapak ban membentuk struktur U dimana hanya bagian tengah ban yang menyentuh jalan. Keduanya tidak memberikan daya cengkeram ban maksimum yang dibutuhkan saat mobil melintasi genangan air.
Pada beberapa ban berteknologi, tim pengembangan dan riset sudah mendalami kasus pengereman ini hingga merujuk pada upaya memperlebar penampang telapak ban dan mengolah kompon yang digunakan dalam karet serta bentuk kembangan ban.
Satu diantaranya adalah Goodyear Eagle F1 Sport yang mampu menghasilkan pengereman secara efektif baik di jalan basah maupun kering.
Telapaknya memiliki blok bahu luar dan dalam yang lebih lebar, sehingga penguasaan ban menjadi lebih sempurna saat berkelok. Sementara desain cakar elangnya berkontribusi membagi tekanan beban secara merata pada area kontak jalan, menjaga ban tetap stabil mencengkeram saat pengereman dan manuver berbelok.
Sementara silica yang dicampur ke dalam kompon dan tambahan matrix polymer meningkatkan reaksi kimiawi dan percampuran di dalam kompon. Hal ini kemudian menghasilkan performa daya tempel karet yang lebih optimal, yang dibutuhkan saat melakukan pengereman ketika kendaraan bermanuver di jalan kondisi kering dan terlebih saat kendaraan harus melaju dipermukaan jalan yang basah.
Baca juga: Pahami cara kerja tekanan angin pada ban kendaraan niaga
Baca juga: Jelang musim hujan, jangan lupa cek kondisi ban mobil
Baca juga: Goodyear Indonesia fokus pasar dalam negeri
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020