Pekan lalu, Korea Utara mengatakan, pihaknya akan membekukan beberapa fasilitas Korea Selatan di kawasan wisata Gunung Kumgang, dan mencari mitra baru untuk mengelola wisata pantai, yang tampaknya marah atas penolakan Seoul untuk membuka kembali program wisata lintas perbatasan yang menguntungkan itu.
Lima fasilitas akan dibekukan bersama dengan aset pemerintah Korea Selatan atau badan pariwisata milik negara, termasuk satu pusat reuni keluarga, sebuah pos kebakaran dan satu toko bebas pajak.
Korea Utara telah mengatakan kepada Hyundai Asan, pelaksana Korea Selatan yang kini kegiatan wisata ke pegunungannya dihentikan, Selasa asetnya dibekukan, dan para penjabat yang mewakiki pemilik properti diharuskan hadir di tempat tersebut untuk mendapat tindakan.
"Kami tidak keberatan dengan tuntutan itu," kata juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan, Chun Hae-sung, Ahad.
Korea Utara telah mendesak Selatan untuk melanjutkan kembali kunjungan-kunjungan wisata ke gunung itu, yang telah menjadi sumber penting pendapatan devisa negara miskin itu sejak 1998.
Korea Selatan menghentikan kunjungan-kunjungan wisata pada 2008, setelah seorang dari warganya ditembak mati oleh seorang tentara Korea Utara, di kawasan terlarang di dekat daerah wisata tersebut.
Namun Korea Selatan masih tak memberikan tanggapan sementara tuntutannya bahwa Korea Utara terlebih dulu harus menyetujui penyelidikan bersama di tempat kejadian, berkaitan dengan kematian warganya itu.
Korea Selatan juga menuntut jaminan antar-negara mengenai keselamatan turisnya, sebelum kunjungan-kunjungan wisata itu dilanjutkan kembali.
Proyek wisata pegunungan menjadi simbol penting pendekatan antar-Korea yang makin membaik setelah konferensi tingkat tinggi (KTT) pertama kedua Korea pada 2000.
Hampir dua juta warga Korea Selatan berkunjung ke wisata pegunungan yang berpanorama indah itu selama sedasawarsa sebelum dihentikan.
Hubungan-hubungan antara kedua pihak kian memburuk sejak awal 2008, ketika Pyongyang memprotes keras Presiden Korea Selatan, Lee Myung-bak, yang bersikap garis keras, termasuk kebijakannya yang mengaitkan bantuan dengan kemajuan dalam upaya menghentikan program nuklir Korea Utara.
Selain itu, kedua negara secara teknis masih dalam keadaan perang setelah Perang Korea 1950-1953 diakhiri hanya dengan gencatan senjata, ketimbang perjanjian perdamaian.
(T.H-AK/S004/P003)
Pewarta: mansy
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010