"Bahkan, pendidikan menurut Bung Karno adalah cermin kehidupan sebuah bangsa, dan melalui pendidikan lewat sekolah merupakan salah satu lokus untuk memulai revolusi mental," kata Hasto dalam webinar yang digelar oleh Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di Jakarta, Rabu.
Hadir dalam acara yang bertajuk "Dari Rawamangun Untuk Indonesia: Menapaki Jejak Pikiran Soekarno tentang City of Intellect" itu, yakni Rektor UNJ Prof Komarudin, Ketua Senat dan Guru Besar UNJ Prof Hafid Abbas dan Guru Besar IPB Rokhmin Dahuri.
Menurut dia, pencanangan kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sebagai "city of intellect" (kota mahasiswa) oleh Presiden RI Soekarno adalah perwujudan spirit bahwa kampus adalah pusat mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Kampus juga adalah pusat peradaban Indonesia di mana nalar dan budi di kedepankan sebagai elemen penting 'nation and character building'," kata Sekjen DPP PDI Perjuangan itu.
Menurut Hasto, Bung Karno menegaskan supremasi sains dan teknologi untuk amal dan kemanusiaan, diletakkan sebagai pilar kemajuan bagi perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan seluruh umat manusia dari berbagai belenggu penjajahan.
"Karena itulah pencanangan Rawamangun sebagai city of intellect pada tahun 1953, oleh UNJ digelorakan kembali spiritnya. Bahwa kampus adalah pusat mencerdaskan kehidupan bangsa, pusat peradaban Indonesia, di mana nalar dan budi dikedepankan sebagai elemen penting 'nation and character building'. Supremasi sains dan teknologi untuk Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkebudayaan," jelasnya dalam keterangan tertulisnya.
Di era kepemimpinan Bung Karno, usaha untuk menumbuhkan etos warga negara melalui pendidikan di sekolah pernah diupayakan melalui penerapan sistem pendidikan Pancawardhana yang menekankan pada pembangunan bangsa dan wataknya.
Pada 14 Maret 1948, Presiden Soekarno mencanangkan Pemberantasan Buta Huruf. Setelah itu, Bung Karno menginginkan Indonesia berdikari dengan mengirimkan putra-putri terbaik ke Belanda untuk belajar tentang industri perkapalan dan dirgantara.
Dilanjutkan pada 1960-an, ribuan mahasiswa ikatan dinas dikirim keluar negeri untuk mempersiapkan pembangunan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bung Karno juga mengirimkan pemuda Indonesia ke Rusia, Polandia, Serbia, Croatia, Ukraina, Ceko, Hungaria, Belarus, Jerman, Azerbaijan, atau Uzbekistan, khusus untuk mempelajari sains, ilmu nuklir, ilmu teknik, metalurgi, hukum, ekonomi dan jurusan lainnya seperti film, teater, kebudayaan, atau politologi.
Bung Karno juga ingin pemuda Indonesia menguasai ilmu pengetahuan agar dapat mewujudkan negara yang berdikari dalam bidang pangan. "Bung Karno concern pada industrialisasi dan peningkatan produksi beras," kata dia.
Tak berhenti di situ, kata Hasto, segudang karya dan pemikiran dibuat oleh Bung Karno. Dari perhelatan besar seperti menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika sampai menginisiasi pembuatan Buku Mustika Rasa yang berisikan rempah-rempah Indonesia serta makanan khas nusantara.
Hasto menyampaikan harapannya agar Fakultas Boga UNJ dapat mengedepankan olah makanan khas Indonesia yang telah dipelopori oleh Bung Karno melalui buku Mustika Rasa. Demikian juga Fakultas Olahraga UNJ, agar terus memperjuangkan olah raga pencak silat diajarkan sejak SD.
"Hal ini guna membangun ketangguhan bangsa bagi hadirnya manusia-manusia Indonesia dengan fisik yang tangguh, sehat jasmani dan rohani," tutur Hasto.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Rokhmin Dahuri mengatakan, banyak yang tak menyadari bahwa Presiden Soekarno yang pertama kali meletakkan dasar perencanaan pembangunan.
"Bahwa Bung Karno ternyata itu meletakkan dasar-dasar perencanaan pembangunan," kata Rokhmin.
Sebagai bukti kecerdasan dan visionernya Soekarno, di mana telah menggagas Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB), sekitar 1950-an akhir. Konsep ini punya arah dan tujuan yang jelas yang bercita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Menurut Rokhmin, ini masih sangat relevan diterapkan sampai sekarang.
"Beliau sudah menggagas yang namanya Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dan kalau saya bedah, ini sangat 'related' sampai sekarang," jelas Rokhmin.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020