"Ini lintas batas, jadi kita harus bekerja sama dan membangun sistem dengan negara-negara di kawasan lain," kata Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Fauzi, usai acara serah terima bantuan alat monitor tsunami dari China Earthquake Administration (CEA) di Jakarta, Senin.
Menurut Fauzi, sistem peringatan dini tsunami Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System/InaTEWS) sudah menjadi bagian dari Indian Ocean Tsunami Warning and Mitigation System (IOTWS).
"IOTWS terdiri atas 28 negara termasuk Indonesia. Intergovernmental Coordination Group IOTWS kemudian dibentuk untuk membangun jaringan, mengumpulkan, memroses dan bertukar data," katanya.
Dia menambahkan, dalam hal ini bersama dengan Australia dan India, Indonesia menjadi bagian dari Regional Tsunami Watch Provider (RTWP).
Tak lama setelah tsunami di Aceh dan Nias, ia menjelaskan, pemerintah juga mendapat bantuan dari pemerintah China untuk membangun Jaringan Seismograf Digital Indonesia-China (Indonesia-China Digital Seismograph Network/ICDSN).
Han Lei dari CEA mengatakan pihaknya memberikan bantuan perlengkapan berupa 10 unit seismograf digital, pembangunan ICDSN, pengoperasian dan pemeliharaan, penerapan analisis data gempa, mitigasi bahaya gempa dan tsunami serta penguatan kapasitas sumber daya manusia.
Ia berharap ,bantuan tersebut dapat mendukung operasi Ina-TEWS serta upaya kesiapsiagaan dan mitigasi tsunami di Indonesia.
"Dalam lima tahun terakhir BMKG berkembang pesat. Sekarang InaTEWS telah menjadi bagian penting dari IOTWS. Saya percaya InaTEWS bisa memegang peran penting dalam pelayanan publik guna melindungi kehidupan dan bangunan di Indonesia dan kawasan Samudera Hindia dari dampak gempa atau tsunami," katanya.
Berkenaan dengan hal itu Fauzi mengatakan saat ini pihaknya masih bekerja untuk merampungkan pembangunan jejaring peringatan dini supaya InaTEWS bisa memberikan pelayanan publik ke kawasan tersebut, dan selanjutnya ke kawasan Pasifik.
(T.M035/Z003/P003)
Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010