Keberagaman di Indonesia jauh lebih besar daripada Uni Soviet. Indonesia terdiri atas ribuan pulau, ratusan suku bangsa dan bahasa.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan Indonesia berdiri di atas kesepakatan para pendiri bangsa sehingga membuat Indonesia tetap bersatu meskipun ancaman perpecahannya sangat besar.
"Salah satu kesepakatan yang sangat penting bagi tetap tegaknya NKRI adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928," kata Hidayat Nur Wahid dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Dalam sumpah tersebut, kata dia, seluruh perwakilan pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia menyatakan tekat bulatnya untuk meleburkan diri ke dalam, bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia.
Baca juga: MPR: Pengembangan batik perkuat diplomasi Indonesia
Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid (HNW) secara virtual saat menjadi pembicara pada acara Temu Tokoh Nasional/Kebangsaan di hadapan keluarga besar Yayasan Pendidikan Ruhama Depok, Kamis.
Acara tersebut berlangsung di ruang pertemuan SMPIT-SMAIT Ruhama, Cilangkap, Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis.
Selain Sumpah Pemuda, kata Hidayat, kesepakatan tentang dasar dan ideologi Pancasila yang terjadi pada tanggal 18 Agustus 1945, membuat persatuan dan kesatuan Indonesia makin kukuh.
Padahal, menurut dia, sebelum Pancasila disepakati sebagai dasar dan ideologi negara, sempat terjadi ketegangan yang berpotensi menyebabkan perpecahan.
"Saat itu perwakilan masyarakat Indonesia timur berkeberatan terhadap tujuh kata yang ada dalam Piagam Jakarta. Beruntung para pendiri bangsa bisa menerima keberatan tersebut, dan selamatlah Indonesia dari perpecahan," ujarnya.
Hidayat berharap seluruh kesepakatan yang pernah dibuat para pendiri bangsa itu terus dipertahankan sehingga tidak boleh ada upaya-upaya untuk mengingkari kesepakatan yang pernah dibuat, apalagi menggantinya.
Baca juga: MPR: Lombok Utara harus ditopang SDM unggul
Menurut dia, sekali saja kesepakatan tersebut diganti, bukan tidak mungkin Indonesia akan terpecah belah, dan hilang dari peta dunia, seperti yang terjadi pada Uni Soviet.
Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki potensi perpecahan sangat besar, bahkan lebih besar dari Uni Soviet, negara yang saat ini sudah hilang dari peta dunia.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, menurut HNW, Soviet memiliki kekuatan militer yang lebih kuat dan mampu menjaga wilayahnya dari ancaman negara lain. Pada masa kejayaannya, Soviet adalah satu-satunya negara yang bisa menyaingi persenjataan militer Amerika.
"Selain itu, sebagian besar wilayah Uni Soviet merupakan daratan sehingga lebih mudah dipantau dan diatur. Berbeda dengan Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan kebanyakan wilayahnya berupa lautan," ujarnya.
HNW menjelaskan bahwa keberagaman di Indonesia jauh lebih besar daripada Uni Soviet. Indonesia terdiri atas ribuan pulau, ratusan suku bangsa dan bahasa.
Selain itu, kata dia, Indonesia juga memiliki keragaman agama.
"Semua itu membuat potensi perpecahan di Indonesia sangat tinggi," ujarnya.
Baca juga: Pimpinan MPR: Ruang angkasa Indonesia perlu diatur dalam konstitusi
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020