Harga emas melambung ke tertinggi lebih dari tiga minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), saat meningkatnya taruhan kemenangan Joe Biden dalam penutupan pemilu AS mendorong harapan untuk stimulus yang lebih besar dan menekan dolar, menjelang pernyataan kebijakan Federal Reserve (Fed).Di luar pemilihan AS, latar belakang makro yang lebih luas tetap mendukung kenaikan harga emas mengingat ekspektasi kami akan melemahnya dolar lebih lanjut...
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Exchange, melesat 50,6 dolar AS atau 2,67 persen lebih tinggi, menjadi ditutup pada 1.946,80 dolar AS per ounce, kembali bertengger di atas level psikologis 1.900 dolar AS.
Sehari sebelumnya, Rabu (4/11/2020), emas berjangka merosot 14,2 dolar AS atau 0,74 persen menjadi 1.896,2 dolar AS, setelah bertambah 17,9 dolar AS atau 0,95 persen menjadi 1.910,4 dolar AS per ounce pada Selasa (3/11/2020), dan terangkat 12,6 dolar AS atau 0,67 persen menjadi 1.892,50 dolar AS pada Senin (2/11/2020).
Baca juga: Joe Biden di ambang jadi presiden baru AS?
"Ini adalah ekspektasi kesepakatan stimulus yang sekarang akan dicapai dalam beberapa minggu ke depan, kami juga memiliki pertemuan Fed hari ini, di mana kami akan mendengar dari The Fed yang berteriak untuk paket stimulus tambahan," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.
Dolar jatuh ke level terendah dua minggu, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, menjelang keputusan kebijakan Fed pada 19.00 GMT.
Baca juga: Pengamat: Jika Biden menang, bakal picu aliran modal masuk ke RI
Baca juga: Indonesia penting bagi siapapun pemenang Pilpres AS, ini alasannya
Meskipun Joe Biden semakin mendekati kemenangan pada Kamis (5/11/2020), sementara Presiden Donald Trump menuduh kecurangan dan menyerukan penghitungan ulang, investor tetap waspada terhadap Kongres yang terpecah yang dapat menghalangi kebijakan fiskal Biden.
"Di luar pemilihan AS, latar belakang makro yang lebih luas tetap mendukung kenaikan harga emas mengingat ekspektasi kami akan melemahnya dolar lebih lanjut, suku bunga riil tetap negatif dan stimulus lebih lanjut," kata Analis Standard Chartered, Suki Cooper.
"Risiko harga emas berasal dari negosiasi stimulus fiskal, respons Fed saat FOMC dapat menghadapi kurva imbal hasil yang curam jika pemilihan menunjuk pada stimulus fiskal yang signifikan, dan perkembangan vaksin sebagai tanggapan terhadap COVID-19."
Baca juga: Saham Jerman untung lagi hari ke-4, Indeks DAX 30 melonjak 1,98 persen
Setelah pasar tutup, Federal Reserve AS merilis pernyataan yang menunjukkan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga pada level mendekati nol, netral terhadap emas.
Klaim pengangguran AS yang baru tetap tinggi, menunjuk pada pandemi yang semakin intensif dan pemulihan ekonomi yang lemah.
Baca juga: Saham Inggris untung 4 hari beruntun, Indeks FTSE 100 naik 0,39 persen
Baca juga: Saham Spanyol naik lagi hari ke-5, Indeks IBEX 35 melonjak 142,30 poin
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal turun 7.000 menjadi 751.000 dalam pekan yang berakhir 31 Oktober. Namun penurunan tersebut lebih kecil dari yang diharapkan.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 1,298 dolar AS atau 5,43 persen menjadi ditutup pada 25,191 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 29,8 dolar AS atau 3,42 persen menjadi ditutup pada 899,9 dolar AS per ounce.
Baca juga: Indonesia resmi resesi, IHSG sesi pertama ditutup melambung
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020