Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menyatakan pentingnya mempercepat penyerapan APBN guna mendongkrak pertumbuhan sekaligus menahan fenomena kontraksi ekonomi yang kemungkinan besar bakal berkelanjutan pada penghujung 2020.Pemerintah perlu terus fokus untuk memulihkan permintaan secara agregat yang tertekan akibat pandemi
"Pemerintah perlu terus fokus untuk memulihkan permintaan secara agregat yang tertekan akibat pandemi. Saat ini, APBN tahun 2020 masih memiliki ruang yang dapat dimanfaatkan untuk terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi," kata Puteri Anetta Komarudin di Jakarta, Jumat.
Menurut Puteri, ruang yang dapat dimanfaatkan dalam APBN 2020 misalnya dengan menjaga tren penyerapan belanja pemerintah yang terus bergerak positif hingga akhir tahun nanti.
Selain itu, ujar dia, realisasi penyerapan stimulus fiskal pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun harus terus didorong agar maksimal
Ia mengingatkan bahwa berdasarkan data BPS, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 tercatat mulai membaik yaitu minus 3,49 persen (year of year) dibandingkan kuartal lalu sebesar minus 5,32 persen.
Sementara berdasarkan laporan APBN KiTa periode Oktober 2020, Kementerian Keuangan mencatat nilai serapan anggaran PEN senilai Rp344,11 triliun atau sekitar 49,5 persen dari total biaya untuk penanganan COVID-19.
"Penyerapan dalam setiap sektornya perlu terus dikejar, karena performa dari setiap sektor baik kesehatan, perlindungan sosial, UMKM, maupun insentif usaha, berdampak dan saling berkaitan satu sama lain," katanya.
Puteri meyakini bahwa meningkatnya konsumsi pemerintah ke depannya bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional sehingga perlu dioptimalkan dan dikejar realisasinya mengingat akhir tahun yang semakin dekat.
Dengan demikian, lanjutnya, pengelolaan anggaran tahun ini bisa maksimal dan dapat menjadi preseden yang baik dalam rangka upaya pemulihan ekonomi pada awal tahun 2021.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfriman menyatakan belanja pemerintah, yang meningkat tinggi, menjadi motor penggerak ekonomi di tengah krisis pandemi COVID-19.
"Motor penggerak perekonomian saat ini adalah dari belanja pemerintah," katanya dalam virtual launching Green Sukuk Ritel Seri ST007 di Jakarta, Rabu (4/11).
Luky mengatakan hal itu terjadi karena sektor penggerak ekonomi lainnya mengalami pukulan sangat berat dari dampak pandemi seperti konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi, ekspor, dan impor.
Ia menjelaskan konsumsi pemerintah melambung tinggi karena direalisasikan melalui berbagai bantuan dan insentif yang diberikan kepada masyarakat terdampak pandemi.
Baca juga: Sri Mulyani: Penyerapan anggaran PEN di daerah perlu ditingkatkan
Baca juga: Penyerapan APBN Kemenhub masih rendah, ini tanggapan Menhub Budi Karya
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020