Viasna, kelompok yang berada di Minsk, menyebutkan 60 dokter dan staf medis lainnya, yang hendak berunjuk rasa dibawa ke kantor polisi.
Juru bicara Kepolisian Minsk, Natalia Ganusevich, membenarkan bahwa sejumlah pengunjuk rasa telah ditahan. Pihaknya juga meminta kepada masyarakat agar tidak terlibat dalam aksi protes ilegal, Kantor Berita TASS melaporkan.
Sedikitnya 14 orang diamankan dalam aksi unjuk rasa lainnya yang digelar oleh kaum perempuan di ibu kota Belarus pada Sabtu, kata Viasna.
Pemimpin Belarus Alexander Lukashenko menghadapi krisis politik selama berminggu-minggu, di mana puluhan ribu warga Belarus kerap turun ke jalan di ibu kota Minsk untuk mendesak presiden mundur.
Ribuan demonstran ditangkap sejak pemilu bersengketa 9 Agustus. Menurut kelompok HAM, ratusan tahanan dilaporkan menjadi sasaran pemukulan dan pelecehan lainnya.
Kubu oposisi menuding Lukashenko bermain curang dalam pemilu, yang memberikannya masa jabatan keenam.
Mantan manajer pertanian kolektif Soviet yang berkuasa sejak 1994 itu membantah tudingan tersebut dan menolak seruan oposisi yang memintanya untuk mundur.
Lukashenko menghadapi kritikan pedas dari komunitas medis dan masyarakat umum lantaran tidak mengindahkan seruan penguncian ketat untuk membendung pandemi COVID-19.
Secara terang-terangan pria berusia 66 tahun itu menepis kekhawatiran COVID-19, dengan menyebutnya "sakit jiwa" dan merekomendasikan pengobatan seperti mengkonsumsi vodka, melakukan sauna dan bermain hoki es.
Negara bekas Soviet berpenduduk 9,5 juta jiwa itu melaporkan 105.283 kasus COVID-19, dengan 1.004 kematian.
Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi Bubarkan Demonstrasi Resmi Pertama di Belarus
Baca juga: Belarus cabut akreditasi wartawan peliput protes anti pemerintah
Baca juga: Belarus tahan 2.000 orang lebih dalam aksi protes pascapemilu
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020