• Beranda
  • Berita
  • Terpilihnya Joe Biden, Pengamat: Indonesia jadi mitra terdekat

Terpilihnya Joe Biden, Pengamat: Indonesia jadi mitra terdekat

9 November 2020 14:36 WIB
Terpilihnya Joe Biden, Pengamat: Indonesia jadi mitra terdekat
Seorang pendukung memegang poster kampanye Joe Biden, satu hari setelah pemilu dimenangkan oleh mantan Wakil Presiden Joe Biden di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, Minggu (8/11/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Mark Makela/wsj.

Ini artinya kerja sama di bidang alat utama sistem persenjataan dan peningkatan kapasitas militer kita akan tetap seperti yang sudah ada

Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia Beni Sukadis berpendapat terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) akan membuat Indonesia menjadi mitra terdekat AS dalam menghadapi China.
 
"AS menganggap Indonesia sebagai mitra terdekat di Asia Tenggara untuk menghadapi agresivitas China di Laut China Selatan (LCS). Sehingga sangat mungkin Indonesia menjadi mitra keamanan terdekat selain dengan Singapura, Vietnam dan Filipina," kata Beni, di Jakarta, Senin.
 
Kendati demikian, lanjut dia, terpilih Biden sebagai Presiden AS tidak akan berpengaruh banyak terhadap pertahanan Indonesia.
 
Dia menyebutkan, hubungan militer antara Indonesia dengan AS merupakan yang terbesar jika dibandingkan antara Indonesia dengan negara lain.

Baca juga: Hamas desak Biden batalkan 'kesepakatan abad ini' ala Trump

Baca juga: Menteri Jerman: arah kebijakan AS belum jelas sampai musim semi
 
Berdasarkan data pada 2018-2019, setidaknya ada hampir 200 kegiatan per tahun terkait kerja sama pertahanan antara AS dengan Indonesia.
 
"Ini artinya kerja sama di bidang alat utama sistem persenjataan dan peningkatan kapasitas militer kita akan tetap seperti yang sudah ada," ucap Beni menjelaskan.
 
Terkait persoalan HAM sendiri, kata dia, kemungkinan akan diangkat dalam masa pemerintahannya.
 
"HAM hanya sedikit diangkat tapi bukan fokus utama. Karena yang galak sebenarnya Kongres AS, bukan eksekutif. Kita harus lihat juga siapa Security of State AS yang akan dipilih Biden," ucap dia.
 
Tetapi, dalam beberapa waktu ke depan pemerintah AS masih akan berkonsentrasi pada persoalan COVID-19 di dalam negerinya
 
"Sehingga menurut saya tidak terlalu fokus, soal politik luar negeri tetap fokus Laut China Selatan (LCS), nuklir Korea, dan multilateralisme," ujarnya.
 
Seperti dilaporkan sebelumnya, setelah empat hari, kandidat partai Demokrat Joe Biden memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada Sabtu (7/11), sebagaimana dilaporkan sejumlah media.
 
Kepastian itu diperoleh setelah Biden merebut Pennsylvania dan Nevada sehingga total sementara perolehan suara elektoral bagi Biden adalah 290 suara elektoral atau 20 suara elektoral lebih banyak dari batas 270 suara elektoral agar memenangkan pemilihan presiden AS tahun ini.

Baca juga: Joe Biden menang pilpres, rupiah diprediksi lanjut menguat

Baca juga: Biden menang, yuan menguat lagi 167 basis poin terhadap dolar AS
 
Biden yang akan menjadi presiden AS ke-46 itu masih bisa menambah 16 suara elektoral dari Georgia dan tengah membuntuti Trump di North Carolina yang memiliki 15 suara elektoral.
 
Biden bersama Kamala Harris juga unggul baik dalam suara elektoral maupun popular vote setelah juga melampaui Trump dalam jumlah popular vote, 75 juta suara melawan 70,6 juta suara.
 
Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan pada Sabtu(7/11) , pihaknya akan mulai mengajukan kasus sengketa hasil pemilu AS di pengadilan pekan depan, setelah sejumlah media melaporkan kemenangan Biden, dan menyebut "pemilihan presiden ini sama sekali belum selesai".
 
Pasangan Biden-Harris dijadwalkan dilantik pada 20 Januari 2021. Mereka akan memimpin AS hingga 2025.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020