• Beranda
  • Berita
  • Psikolog ingatkan standar ganda terkait "link pemersatu bangsa"

Psikolog ingatkan standar ganda terkait "link pemersatu bangsa"

9 November 2020 15:29 WIB
Psikolog ingatkan standar ganda terkait "link pemersatu bangsa"
Ilustrasi - Konten sensitif berbau pornografi. ANTARA/Ardika/am.

Mirisnya, kita terlalu fokus menyalahkan korban tanpa berusaha mencari siapa yang pertama kali menyebarkan video atau foto tersebut

Psikolog seksual Zoya Amirin mengingatkan adanya perilaku standar ganda ketika warganet saling berbagi tautan atau link video pornografi mirip selebritas yang akhir-akhir ini marak di media sosial.

"Terkait fenomena warganet yang suka berbagi video artis bahkan suka bikin bercandaan tentang 'link pemersatu bangsa', menurut saya itu adalah perilaku standar ganda karena banyak orang yang menghakimi yang mengatakan pelacur-lah, wanita murahanlah tapi juga pengin dibagi link-nya," kata Zoya kepada ANTARA, Senin.

Standar ganda dalam menyikapi pornografi, menurut seksolog lulusan Universitas Indonesia itu masih berlaku sampai sekarang.

Baca juga: Kominfo siap "takedown" video porno mirip Gisel

"Fenomena itu secara tidak langsung menggambarkan kemunafikan, karena bukannya mencari pelaku penyebar video namun malah lebih sibuk jadi polisi moral buat orang lain."

Hendaknya, kata Zoya, jika mendapat material pornografi sebaiknya tak disebarluaskan kembali.

"Setop di kamu aja. Jangan menyebarkan aib orang lain, jika ada orang yang mengirim tanpa diminta misal di WhatsApp group sebaiknya di-delete saja. Jika menemukan link di media sosial sebaiknya dilaporkan."

Video privat selebritas akhir-akhir ini kembali marak. Zoya menilai mereka adalah korban kekerasan berbasis gender online.

Menyebarkan video pribadi tanpa adanya izin termasuk melanggar hukum.

"Mirisnya, kita terlalu fokus menyalahkan korban tanpa berusaha mencari siapa yang pertama kali menyebarkan video atau foto tersebut. Seharusnya kita melindungi korban, bukan justru menghakiminya."

Lebih lanjut Zoya mengatakan bahwa merekam kegiatan seksual belum tentu merupakan hal yang aneh dan menyimpang.

Ada beragam motif mengapa seseorang merekam kegiatan seksual, termasuk untuk evaluasi kepuasan dalam berhubungan seksual.

Adapun kegiatan perekaman kegiatan seksual harus atas dasar kemauan bersama pasangan. Zoya juga mengingatkan bahwa kegiatan merekam ini juga memiliki risiko.

"Tapi apa pun yang dilakukan harus atas dasar konsensual, dua-duanya mengetahui, jangan sampai ini menjadi revenge porn, maksudnya sengaja merekam supaya nanti bisa mengancam," kata Zoya.

Baca juga: Polisi selidiki delapan akun medsos diduga sebar video mirip Gisel

Baca juga: Gisel tanggapi video syur mirip dirinya

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020