Penganugerahan gelar tersebut dijadwalkan akan diberikan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa.
"Jika tidak ada perubahan, Presiden akan menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada enam tokoh. Nama-nama tentunya sudah melalui proses seleksi oleh Kementerian Sosial dan Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan," kata Menteri Sosial Juliari P Batubara.
Salah satu tokoh tersebut yaitu Arnold Mononutu yang bernama lengkap Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu. Ia lahir di Manado, Sulawesi Utara, 4 Desember 1896, dan mengembuskan nafas terakhirnya di Jakarta, 5 September 1983, pada usia 86 tahun.
Dikutip dari Kementerian Sosial, tokoh asal Provinsi Sulawesi Utara itu mulai terlibat gerakan nasionalisme dengan menjadi anggota Partai Nasional Indonesia (PNI) yang salah satu pendirinya adalah Soekarno.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Mononutu menjadi anggota parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) yang dibentuk oleh Belanda pada 1946 dan memimpin kelompok anggota parlemen yang pro-republik.
Dia memfokuskan usahanya untuk membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia.
Setelah Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, Mononutu mendirikan Gabungan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang menyoroti tindakan Belanda yang berupaya untuk kembali menjajah Indonesia.
Pada Februari 1948, ia memimpin sebuah delegasi NIT untuk bertemu dengan para pemimpin Republik Indonesia di Yogyakarta.
Pada tahun 1949, NIT menjadi konstituen dari Republik Indonesia Serikat (RIS), yang kemudian dibubarkan pada 17 Agustus 1950 kemudian digantikan oleh Republik Indonesia yang bersatu.
Baca juga: Presiden akan anugerahkan gelar pahlawan nasional pada enam tokoh
Ia ditunjuk sebagai Menteri Penerangan ketika itu, pada tiga kesempatan terpisah, yaitu di Kabinet Republik Indonesia Serikat mulai 20 Desember 1949-6 September 1950, di Kabinet Sukiman-Suwirjo dari 27 April 1951-April 1952 dan di Kabinet Wilopo dari 3 April 1952-30 Juli 1953.
Baca juga: Kapolri pertama dianugerahi gelar pahlawan nasional
Selain pernah menjadi Menteri Penerangan, Mononutu juga merupakan Duta Besar Indonesia pertama untuk Tiongkok sejak 1953 hingga 1955.
Tak hanya berkiprah di dunia politik, Mononutu juga pernah diminta Soekarno untuk memimpin Universitas Hasanuddin di Makassar pada 1960.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020