"Sekarang sudah tidak ada halangan ya, sebenarnya wajar, karena Presiden meminta semua harus cepat sementara ini pekerjaan lapangan bukan membuat konsep," katan saat diskusi virtual dengan tema "Pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia" dalam satu tahun Jokowi-Amin yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Mensos: Tantangan besar tumbuhkan kepedulian terhadap pahlawan
Baca juga: Mensos: Rp112,728 triliun sudah dikucurkan untuk perlindungan sosial
Menurut Ari, sapaan akrab Mensos, pekerjaan di lapangan bukan lah perkara mudah seperti di kantor yang membuat konsep dan sebagainya. Sebab, pada praktiknya Kemensos harus mendata, memilah, menentukan dan merealisasikan bansos kepada masyarakat yang terdampak pandemi dengan tepat sasaran.
Ia menyadari dari berbagai bansos yang disalurkan pemerintah melalui Kemensos, ada kelompok-kelompok masyarakat yang mungkin tidak tersentuh bantuan, sehingga tak jarang menimbulkan kecemburuan sosial.
"Ya karena memilih itu tadi, ada yang merasa diuntungkan ada yang merasa tidak beruntung," kata Mensos yang pernah mengenyam bangku perkuliahan di Riverside City College dan Chapman University, California tersebut.
Munculnya beragam reaksi sosial di tengah masyarakat merupakan konsekuensi dari kerja cepat. Selain itu, kementerian terkait juga harus bisa memaksimalkan anggaran yang terbatas. "Jadi awal-awal ya memang begitu," katanya.
Namun, sekitar delapan bulan berlalu, Ari mengatakan saat ini tidak ada persoalan yang signifikan terutama penyaluran bansos kepada masyarakat.
Baca juga: Maknai perjuangan pahlawan sepanjang masa, kata Mensos
Baca juga: Tersalurkan 100 persen dan tepat waktu, Mensos resmi tutup program BSB
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan perbedaan strategi sebelum dan saat pandemi COVID-19. Sebelum pandemi, Kemensos lebih banyak menjalankan program yang telah direncanakan. Namun, pada saat pandemi COVID-19 melanda Tanah Air, strategi pekerjaan di Kemensos juga berubah drastis termasuk anggaran yang naik lebih dari 100 persen.
Ia mengatakan saat pandemi ada tambahan beberapa program baru atau khusus yang menangani COVID-19, sedangkan program rutin atau reguler diperluas.
"Jelas berbeda ya, apalagi tantangannya saat pandemi kita bekerja harus taat protokol kesehatan," ujarnya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020