Pemerintah bidik ekspor biomassa ke Jepang

10 November 2020 16:35 WIB
Pemerintah bidik ekspor biomassa ke Jepang
Dokumentasi - BPPT menunjukkan contoh biomassa (kiri), batu gamping (kedua kiri), batubara (tengah) yang menjadi campuran untuk diproses pembuatan biodiesel (kedua kanan) dan produk sampingan berupa aspal (kanan) dengan teknologi Katalytisch Drucklose Verölung (KDV) di Jakarta, Jumat (9/3/2018). ANTARA/Virna P Setyorini/am.
Pemerintah membidik pemenuhan kebutuhan biomassa di Jepang karena ada peluang besar ekspor komoditas itu khususnya berasal dari cangkang kelapa sawit dan pelet kayu.

"Pemerintah Indonesia terus berusaha menjaga kualitas dan kuantitas produk biomassa agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar di Jepang," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kick off virtual rencana kerja pasar bioenergi Jepang di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, peluang ekspor biomassa itu terbuka lebar karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Sehingga, lanjut dia, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam berupa limbah dari proses minyak kelapa sawit seperti cangkang sawit yang bisa memiliki nilai tambah sebagai sumber energi bersih.

Untuk pemenuhan dalam negeri, pemerintah berupaya meningkatkan pemanfaatan biomassa sebagai alternatif membangkitkan energi listrik dan industri.

Sedangkan sektor transportasi, pemerintah sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan atau bio fuel menggeser penggunaan bahan bakar fosil dengan mengenalkan bio diesel dan membangun kilang hijau untuk memaksimalkan potensi minyak sawit.

Upaya itu, lanjut dia, sejalan dengan target pemerintah mengurangi emisi hingga 29 persen tahun 2030 atau 41 persen jika mendapat dukungan internasional menuju sistem energi lebih bersih.

Dalam kesempatan yang sama Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud menambahkan pengembangan bioenergi merupakan salah satu strategi dalam mitigasi gas rumah kaca.

Selain itu, lanjut dia, juga sekaligus mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat untuk pemanfaatan bioenergi.

"Kebutuhan Indonesia, Jepang dan dunia meningkat seiring komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan energi biru secara global," katanya.

Ia menyebutkan target penggunaan energi baru terbarukan di Indonesia sebesar 23 persen tahun 2025 dan 31 persen tahun 2050.

Saat ini, lanjut dia, pencapaian di Indonesia baru mencapai 9,5 persen dan Jepang tahun 2030 menargetkan 22-24 persen dari seluruh kebutuhan energinya.

"Kita akan penuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus berkontribusi penurunan emisi gas rumah kaca atau mendorong penggunaan bio energi di pasar global. Untuk pasar Jepang diharapkan menjadi peluang kita berkontribusi terhadap pemenuhan bio energi di pasar Jepang," katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020