mengangkat optimisme terhadap prospek negara emerging market seperti Indonesia yang juga banyak ekspor ke China
Kepala Ekonom Citi Indonesia (Citibank) Helmi Arman memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal menurunkan kembali suku bunga acuan karena salah satunya didorong mulai kembalinya arus dana asing ke pasar keuangan negara berkembang termasuk ke Indonesia.
“Perkiraan kami BI bisa menurunkan suku bunga acuan sebesar 25-50 basis poin dalam beberapa bulan ke depan,” kata Helmi Arman dalam Economic Outlook dan Kinerja Finansial Citi Indonesia Kuartal III-2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, penurunan suku bunga acuan itu dapat dilakukan tanpa adanya risiko besar yang membuat gejolak nilai tukar rupiah.
Dia menjelaskan mulai mengalirnya dana asing ke negara berkembang termasuk Indonesia karena pengaruh ekspektasi hasil Pemilu AS dengan kemenangan sementara Joe Biden.
“Diperkirakan kebijakan AS terhadap China ke depan tidak akan seagresif empat tahun belakangan ini sehingga optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi China dan juga ini akan meningkat dan mengangkat optimisme terhadap prospek negara emerging market seperti Indonesia yang juga banyak ekspor ke China,” katanya.
Helmi menambahkan arus masuk dana asing ke negara berkembang terlihat dari data transaksi Citibank dengan investor dalam beberapa minggu belakangan dengan membeli mata uang negara berkembang, begitu juga data dari Kementerian Keuangan per Oktober 2020 yang menunjukkan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) meningkat.
Bagi Indonesia, arus dana masuk menambah pasokan dolar ke pasar valas di saat kebutuhan dolar domestik relatif rendah sehingga membuat apresiasi terhadap rupiah dalam beberapa minggu terakhir.
“Bila arus dana investor global ke negara emerging market terus berlanjut maka nilai tukar rupiah akhir tahun dan awal tahun depan, kami perkirakan bisa berfluktuasi dalam rentang lebih kuat dibandingkan posisi saat ini,” katanya.
Selain mulai masuknya dana asing ke Indonesia, lanjut dia, beberapa faktor pendorong suku bunga acuan BI berpotensi diturunkan adalah pertumbuhan kredit yang masih lemah, inflasi yang rendah dan besarnya surplus neraca perdagangan RI.
BI sebelumnya pada Oktober 2020 kembali mempertahankan suku bunga acuan sebesar empat persen atau sudah tiga kali berturut-turut sejak Agustus 2020.
Baca juga: Gubernur BI bicara bauran kebijakan hadapi krisis COVID di forum IMF
Baca juga: BI tahan suku bunga acuan, rupiah Selasa ditutup melemah
Baca juga: BI injeksi likuiditas di perbankan capai Rp651,54 triliun
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020