"Sebetulnya kapasitas dari laboratorium kita itu cukup kok, bahkan terakhir laporan dari Balitbangkes itu hampir 80.000, sebetulnya kapasitas tes dari laboratorium-laboratorium yang ada, artinya kapasitas ini belum digunakan secara optimal," kata Monica dalam diskusi virtual Optimisme Masyarakat Terhadap 3T (Tracing, Testing, Treatment) di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kapasitas laboratorium di daerah terus ditingkatkan deteksi COVID-19
Baca juga: Gubernur: Laboratorium PCR Kalbar mampu periksa 800 sampel per hari
Monica menuturkan kapasitas laboratorium itu belum digunakan secara optimal, antara lain dikarenakan ada orang-orang yang sebetulnya bergejala dan pernah berkontak erat dengan kasus positif COVID-19, tapi tidak diperiksa atau mungkin takut diperiksa dan menghindari tenaga kesehatan.
Menurut Monica, jika ingin meningkatkan jumlah "testing", perlu menyadarkan masyarakat jika menunjukkan gejala atau pernah berkontak erat dengan pasien COVID-19, perlu segera memeriksakan diri atau mencari pertolongan pertama ke tenaga kesehatan atau ke Puskesmas terdekat.
"Jangan malah 'ngumpet' di rumah dan pikiran nanti juga sembuh sendiri, tapi kita harus berpikir bagaimana kita berkontribusi dan berpartisipasi dalam upaya pemutusan rantai penularan COVID-19 ini dengan dites," tuturnya.
Dia mengatakan masyarakat tidak perlu takut untuk memeriksakan diri dalam mendeteksi COVID-19 atau jika ditanya oleh tenaga kesehatan terkait pelacakan kontak erat dengan pasien COVID-19. Masyarakat juga tidak perlu punya stigma terhadap mereka yang diperiksa atau yang terjangkit COVID-19.
Baca juga: Gubernur Jambi resmikan laboratorium PCR COVID-19
"Jangan takut kalau tenaga kesehatan tanya-tanya berkontak dengan siapa dan juga untuk isolasi, kalau menjalankan isolasi jika memang positif atau menjalankan karantina setelah berkontak erat misalnya," ujarnya.
Monica mengatakan setiap orang perlu mengambil peranan dalam mencegah dan memutus rantai penularan COVID-19, tidak hanya dilakukan dengan menerapkan 3M (memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir), tapi juga dengan berpartisipasi dan kooperatif dalam upaya 3T (tracing, testing, treatment).
Kemampuan testing di Indonesia saat ini masih belum mencapai target Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni satu orang dites dari 1.000 penduduk per pekan.
Menurut Monica, jika dihitung dari jumlah populasi di Indonesia sekitar 273 juta jiwa, kira-kira perlu ada 39.000 orang yang dites per hari.
"Nah, memang di Indonesia ini cukup fluktuatif angkanya dan kita memang masih di bawah dari standar itu, kira-kira masih di 24 ribu atau 34 ribu per hari," ujar Monica.
Baca juga: Pemkot Malang siapkan Rp4 miliar untuk operasional laboratorium PCR
Baca juga: Pemkot Tangsel dapat bantuan mobil laboratorium tes usap PCR COVID-19
Namun, jumlah pemeriksaan itu masih bisa ditingkatkan lagi dengan memaksimalkan seluruh kapasitas laboratorium yang ada di seluruh Indonesia dan partisipasi aktif masyarakat untuk berani melakukan tes jika ada gejala dan kontak erat dengan pasien COVID-19.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020