• Beranda
  • Berita
  • Wall Street anjlok dipicu ketidakpastian peluncuran massal vaksin

Wall Street anjlok dipicu ketidakpastian peluncuran massal vaksin

13 November 2020 06:06 WIB
Wall Street anjlok dipicu ketidakpastian peluncuran massal vaksin
Pialang sham di Wall Street. ANTARA/REUTERS/pri.
Saham-saham di Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), ketika infeksi virus corona di Amerika Serikat melonjak dan investor mempertimbangkan tentang waktu untuk peluncuran massal vaksin yang efektif.

New York menjadi negara bagian terbaru yang memperkenalkan aturan jarak sosial yang lebih ketat pada Rabu (11/11/2020), saat infeksi baru di negara itu melonjak di atas 100.000 untuk hari kedelapan berturut-turut.

Indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 1,08 persen atau 317,46 poin, menjadi ditutup di 29.080,17 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 1,00 persen atau 35,65 poin, menjadi menetap di 3.537,01 poin. Indeks komposit Nasdaq berakhir turun 0,65 persen atau 76,84 poin menjadi 11.709,59 poin.

Blue-chip Dow terseret turun oleh perusahaan-perusahaan industri dan keuangan yang sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan Boeing Co dan Goldman Sachs masing-masing turun 3,0 persen dan 1,6 persen.

Maskapai penerbangan dan operator kapal pesiar, di antara yang paling terpukul oleh pandemi virus corona, juga turun. Indeks maskapai penerbangan S&P 1500 jatuh 3,1 persen, sementara Royal Caribbean Cruises Ltd turun 4,0 persen dan Carnival Corp anjlok hampir delapan persen.

"Pasar bereaksi terhadap kenaikan kasus COVID secara nasional," kata Michael Antonelli, ahli strategi pasar di Baird di Milwaukee. "Berita vaksin membantu di beberapa titik, tetapi hari ini kita berurusan dengan penyebaran yang semakin cepat,"

Bahkan setelah penurunan Kamis (12/11/2020), S&P 500 telah naik hampir dua persen minggu ini, didukung oleh data uji coba vaksin positif yang meningkatkan ekspektasi pemulihan ekonomi yang cepat. Saham-saham juga mendapat manfaat dari ekspektasi bahwa Kongres yang terpecah akan mencegah Presiden terpilih Joe Biden memberlakukan kenaikan pajak yang akan merugikan keuntungan perusahaan.

“Kenyataannya adalah kami tidak tahu seperti apa kondisi normal baru itu, bahkan ketika kami benar-benar pulih dari virus corona, dan itu masih jauh,” kata Tom Martin, manajer portofolio senior di Globalt Investments di Atlanta .

“Ini klasik antara pasar mendiskon sesuatu yang sembilan hingga 12 bulan keluar, dan kemudian 'undiskonto' karena itu belum terjadi.”

Sementara itu, data baru menunjukkan klaim pengangguran AS turun ke level terendah tujuh bulan minggu lalu, tetapi laju pemulihan pekerjaan melambat karena stimulus fiskal berkurang dan peningkatan lebih lanjut dapat dibatasi oleh pandemi yang mengamuk.
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020