• Beranda
  • Berita
  • IDI: Mohon masyarakat tidak perberat situasi COVID-19

IDI: Mohon masyarakat tidak perberat situasi COVID-19

15 November 2020 18:53 WIB
IDI: Mohon masyarakat tidak perberat situasi COVID-19
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng Mohammad Faqih. ANTARA/Muhammad Zulfikar

garda terdepannya tetap pada masyarakat

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng Mohammad Faqih memohon dan meminta kepada masyarakat agar tidak memperberat situasi di Tanah Air dengan tindakan tidak patuh protokol kesehatan yang berujung pada penambahan kasus baru.

"Dari hati kami petugas kesehatan yang paling dalam, mohon untuk kita bersama melakukan gerakan bersama perang semesta pada COVID-19," kata dia saat konferensi pers di Jakarta, Minggu.

Daeng mengatakan apabila masyarakat tidak disiplin protokol kesehatan, maka jumlah tenaga kesehatan semakin hari akan terus berkurang karena gugur dalam bertugas.

Baca juga: BNPB latih ribuan sukarelawan jadi agen perubahan perilaku

Padahal, saat ini peran tenaga kesehatan dibutuhkan sekali sebagai garda terakhir dalam melawan pandemi COVID-19 yang telah berlangsung hingga delapan bulan terakhir.

"Mohon tidak menambah penularan yang lebih banyak, supaya tidak bertambah petugas kesehatan yang gugur lebih banyak lagi," ujarnya.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat agar kesadaran kolektif protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak diterapkan sekaligus dengan penuh kesadaran.

Baca juga: Satgas: Sekitar 25 ribu orang masih menolak diedukasi protokol 3M

Namun, apabila hal itu tidak diterapkan oleh masyarakat maka upaya-upaya yang telah dilakukan selama delapan bulan terakhir bisa sia-sia.

"Penanganan COVID-19 dengan tiga T memang garda terdepannya rumah sakit. Namun, untuk mencegah penularan di masyarakat, garda terdepannya tetap pada masyarakat," katanya.

Senada dengan itu, Wakil Ketua PB IDI Dr M. Adib Khumaidi mengatakan hingga 10 November 2020 sebanyak 159 dokter meninggal karena terpapar COVID-19.

"Kemudian antara 10 November sampai kini ada dua hingga tiga dokter yang meninggal karena COVID-19," katanya.

Jika melihat dari lonjakan angka positivity rate, ia mengatakan dipengaruhi kuat oleh aktivitas masyarakat. Pada Mei 2020 terjadi lonjakan kasus 20 persen dan Agustus 10 persen.

"Salah satu faktornya adalah berkaitan dengan mobilitas masyarakat," ujar Adib.

Baca juga: Perubahan perilaku kunci utama di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: UNICEF: Kuatkan pemahaman warga tentang penularan COVID-19

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020