• Beranda
  • Berita
  • Ridwan Kamil tak ingin masyarakat sekitar "Rebana" jadi penonton

Ridwan Kamil tak ingin masyarakat sekitar "Rebana" jadi penonton

16 November 2020 13:08 WIB
Ridwan Kamil tak ingin masyarakat sekitar "Rebana" jadi penonton
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Kang Emil saat menjadi keynote speech pada pembukaan West Java Investment Summit (WJIS) 2020 yang dilaksanakan secara virtual di Kota Bandung, Senin. ANTARA/Dok Humas Pemprov Jabar.
Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil mengatakan pihaknya tidak ingin masyarakat lokal yang berada di kawasan industri dan perkotaan baru di Jabar bernama Rebana Metropolitan hanya menjadi penonton saat daerah tersebut berkembang pesat dalam jangka waktu 10 hingga 30 tahun mendatang.

"Setiap investor yang datang ke Jawa Barat harus bermitra dengan perusahaan lokal di Jawa Barat. Saya tidak mau Rebana berkembang dalam 10 hingga 30 tahun tapi masyarakat lokal hanya jadi penonton," kata Ridwan Kamil saat menjadi keynote speech pada pembukaan West Java Investment Summit (WJIS) 2020 yang dilaksanakan secara virtual di Kota Bandung, Senin.

Rebana Metropolitan ini merupakan wilayah utara/timur laut Provinsi Jabar yang meliputi tujuh daerah, yakni Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, dan Kuningan, serta Kota Cirebon.

Penduduk di kawasan Rebana Metropolitan berjumlah 9,28 juta atau sekitar 18,82 persen dari total 49,3 juta jiwa penduduk Jabar per 2019.

Baca juga: Ridwan Kamil tawarkan UEA investasi di Kawasan Rebana dan Tol Cigatas

Orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat tersebut sangat tidak menginginkan jika warga asli yang berada di Kawasan Rebana Metropolitan hanya menjadi office boys atau satpam di kawasan yang diproyeksikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Jabar di masa depan melalui pengembangan kawasan industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif, berdaya saing tinggi, serta berkelanjutan.

"Jadi batunya datang provinsi lain, suplai makanan bukan dari lokal, warganya jadi satpam, jadi office boy. Itu saya enggak mau. Oleh karena itu semua harus hadir," kata Kang Emil.

Agar hal tersebut tidak terjadi, Ridwan Kamil meminta kepada bupati dan wali kota yang wilayahnya masuk dalam Kawasan Rebana Metropolitan agar menyiapkan sumber daya manusia atau SDM yang andal agar bisa ikut serta dalam kawasan tersebut.

"Kepada bupati dan wali kota, tolong siapkan SDM-nya, bikin SMK aero di Majalengka, bikin SMK maritim di Kabupaten Subang, bikin SMK petrokimia di Indramayu. Jadi mari kita bekerja sama sebagai tim super untuk menjadikan Rebana Metropolitan sebagai kawasan terbaik dalam pembangunan kawasan urban di Indonesia," kata Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil.

Mengenal Rebana Metropolitan

Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat (Jabar) di bawah kepemimpinan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan wakilnya, Uu Ruzhanul Ulum, memperkenalkan kawasan industri dan perkotaan baru di Jabar bernama Rebana Metropolitan.

Rebana Metropolitan ini merupakan wilayah utara/timur laut Provinsi Jabar yang meliputi tujuh daerah, yakni Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, dan Kuningan, serta Kota Cirebon.

Penduduk di kawasan Rebana Metropolitan berjumlah 9,28 juta atau sekitar 18,82 persen dari total 49,3 juta jiwa penduduk Jabar per 2019.

Baca juga: Harapan pebisnis properti dari hadirnya Pelabuhan Patimban

Sebagai jantung pertumbuhan kawasan ini, ada Pelabuhan Patimban di Kab. Subang dan Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kab. Majalengka yang berfungsi sebagai pusat konektivitas dan logistik.

Rebana Metropolitan diproyeksikan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi Jabar di masa depan melalui pengembangan kawasan industri yang terintegrasi, inovatif, kolaboratif, berdaya saing tinggi, serta berkelanjutan.

Integrasi yakni mewujudkan sinergi pengembangan kawasan melalui integrasi rantai logistik industri besar-menengah-kecil dan peningkatan konektivitas kawasan untuk integrasi hub logistik-kawasan industri-kawasan perkotaan-kawasan perdesaan.

Inovasi yakni mewujudkan pengembangan kawasan yang bertumpu pada inovasi teknologi, ekonomi kreatif, serta kewirausahaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) inovatif untuk menyongsong industri masa depan 4.0.

Kolaborasi yaitu meningkatkan kolaborasi antara pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, pebisnis, akademisi, hingga masyarakat/komunitas melalui pengembangan wadah kerja sama kawasan.

Berdaya saing tinggi yaitu membentuk "Super KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)" melalui berbagai kemudahan fiskal maupun nonfiskal untuk meningkatkan daya saing investasi di kawasan yang didukung kesiapan infrastruktur penunjang.

Dan berkelanjutan adalah mengembangkan kawasan industri yang berwawasan lingkungan untuk meminimalisir emisi karbon serta mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil di "Government Round Table Series 2: Pemulihan Ekonomi Jabar" pada 22 Oktober 2020 menjelaskan, Rebana Metropolitan akan memiliki kota-kota baru dalam tujuh kawasan berbasis industri.

Nantinya, masing-masing kawasan tersebut harus memiliki fungsi work, live, and play alias bekerja, tinggal, dan bermain.

Lewat Rebana Metropolitan, pada 2030 Pemda Provinsi Jabar berupaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi hingga 10 persen, pertumbuhan nilai investasi hingga 17 persen, dan menciptakan kurang lebih 4,3 juta lapangan pekerjaan baru.

Beberapa pengembangan kawasan industri yang diutamakan di Rebana Metropolitan meliputi area Subang Barat, Indramayu, Kertajati, Jatiwangi, Cirebon, Krangkeng, Tukdana, Balongan, Butom, Losarang, Patrol, serta Patimban.

Teranyar, groundbreaking di Subang Barat yang akan dilakukan adalah pembangunan Subang Smartpolitan oleh PT Suryacipta Swadaya pada West Java Investment Summit (WJIS) 2020 pada Rabu, 18 November 2020.

Dengan konsep "Smart and Sustainable City", Subang Smartpolitan akan menawarkan alokasi lahan untuk industri, komersial, hunian, area hijau, hingga fasilitas publik di area seluas 2.717 hektare.

Rebana Metropolitan pun menjadi fokus pemasaran dalam gelaran WJIS 2020 dengan keunggulan infrastruktur, ekosistem investasi, upah minimum, insentif perpajakan bagi investor, serta kemudahan perizinan.

Adapun saat ini, dukungan infrastruktur yang sudah ada di kawasan Rebana Metropolitan antara lain jalan nasional, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dan Palimanan-Kanci (Palikanci), rel Cikampek-Cirebon, Pelabuhan Balongan, Cirebon, dan Patimban (Tahap I), BIJB Kertajati, serta terminal Subang, Indramayu, dan Cirebon.

Kebutuhan energi juga tersedia, antara lain lewat dam di Cipancuh, Jatigede, dan Setupatok, kilang minyak Balongan, geothermal di Ciremai, hydro power Jatigede, hingga PLTU di Indramayu.

Untuk mendukung pengembangan Rebana Metropolitan ini, berbagai proyek infrastruktur pun tengah dan direncanakan dibangun, antara lain Pelabuhan Patimban Tahap II, Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), tol akses Patimban, tol Kertajati, reaktivasi rel Rancaekek-Kertajati, LRT Cirebon Raya-Kertajati, hingga SPAM Jatigede dan TPPAS Cirebon Raya.

Sesuai arahan Ridwan Kamil, kawasan Rebana pun menjadi salah satu dari tujuh ekonomi baru di Jabar. Ekonomi baru Jabar diharapkan menjadi solusi dari dinamika dan masalah pembangunan di provinsi seluas 35 ribu kilometer persegi dengan jumlah penduduk hampir 50 juta jiwa ini.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Yuddy Renaldi menambahkan pihaknya sudah menyalurkan kredit UMKM di wilayah Rebana hingga Rp237 miliar yang sebagian besar bermanfaat untuk mendukung kelangsungan usaha selama masa pandemi.

Selain itu, bank juga mendukung program pemerintah dengan memberikan stimulus berupa restrukturisasi kredit kepada debitur UMKM yang terdampak oleh pandemi untuk membantu pemulihan arus kas.

Di kawasan Rebana, Bank BJB juga telah bekerja sama dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia melalui PG Rajawali untuk mendukung pembiayaan para petani tebu mitra binaan dengan penyaluran kredit senilai Rp150 miliar.

Bank BJB melalui pola kemitraan ikut melakukan kerja sama kepada pelaku usaha UMKM dengan mitra bisnis yang bertindak sebagai offtaker yaitu dengan memberikan kemudahan pembiayaan dan peningkatan skala usaha di sektor produksi maupun non produksi.

Sementara itu, sebagai anggota Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPKAD), Bank BJB juga sudah berperan aktif untuk mendukung program Pemerintah Provinsi Jawa Barat terutama dalam akselerasi keuangan seperti penyaluran kredit produktif seperti KUR, BJB Mesra maupun kredit mikro utama.

"Bank BJB juga turut membantu kajian potensi akses keuangan di Jawa Barat bersama OJK dan Pemprov serta berperan dalam kegiatan business matching yaitu dengan melaksanakan intermediasi pengusaha dengan UMKM," kata Yuddy.



 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020