Dolar jatuh ke level terendah satu minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), saat perdagangan lesu, masih terbebani optimisme atas vaksin Virus Corona kedua, ketika prospek mata uang tetap suram dengan Federal Reserve (Fed) dan Kongres AS siap untuk berbuat lebih banyak guna meringankan kerusakan ekonomi akibat COVID-19.Kisah kuncinya masih tentang COVID-19 dan tekanan jangka pendek yang akan ditimbulkannya tidak hanya di AS, tetapi juga di luar negeri
Euro, sterling, franc Swiss, dan yen menguat terhadap dolar, sementara yuan China melonjak mencapai level tertinggi sejak Juni 2018 terhadap mata uang AS.
Produsen obat Moderna menjadi perusahaan farmasi AS kedua dalam seminggu yang melaporkan hasil positif dari uji coba vaksin COVID-19, yang dianggap perlu untuk memberantas pandemi.
Tanggapan pembuat kebijakan terhadap rekor jumlah kasus Virus Corona, rawat inap, dan kematian di beberapa negara bagian AS kemungkinan akan tetap menjadi perhatian yang lebih besar.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat didukung sentimen vaksin COVID-19
“Kisah kuncinya masih tentang COVID-19 dan tekanan jangka pendek yang akan ditimbulkannya tidak hanya di AS, tetapi juga di luar negeri. Dan itu akan memaksa Kongres atau Federal Reserve untuk berbuat lebih banyak," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
“Apakah kita mendapatkan stimulus setelah (Presiden terpilih) Joe Biden menjabat atau apakah Fed berbuat lebih banyak, lintasan untuk dolar cukup jelas: itu akan jauh lebih rendah.”
Dalam perdagangan sore, indeks dolar jatuh ke level terendah satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, dan terakhir berdiri di 92,426, turun 0,1 persen.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan pada Selasa (16/11/2020) bahwa Fed berkomitmen untuk "menggunakan semua alat kami untuk mendukung pemulihan selama itu diperlukan hingga pekerjaan selesai dengan baik dan benar". Dia membuat komentar tersebut pada acara virtual yang diselenggarakan oleh Bay Area Council di California.
Baca juga: Dolar sedikit melemah di tengah berita tentang vaksin COVID lainnya
Amo Sahota, direktur eksekutif di firma penasehat mata uang Klarity FX di San Francisco, mengatakan para gubernur bank sentral "mencoba menyesuaikan kembali ekspektasi pasar tentang dunia pasca-COVID."
Dia menambahkan bahwa Powell telah mengindikasikan bahwa "setelah kita melewati periode COVID ini dan kita memiliki vaksin, kita tidak akan memiliki ekonomi yang sama seperti sebelumnya."
Data yang menunjukkan penjualan ritel AS naik kurang dari yang diharapkan pada Oktober memiliki dampak terhadap dolar yang minimal. Penjualan ritel naik 0,3 persen bulan lalu, Departemen Perdagangan mengatakan pada Selasa (17/11/2020). Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel akan naik 0,5 persen pada Oktober.
Baca juga: Yuan kembali menguat, naik 286 basis poin jadi 6,5762 per dolar AS
Terhadap yen, dolar melemah 0,4 persen menjadi 104,20 yen, sedangkan euro naik tipis 0,1 persen menjadi 1,1862 dolar.
Namun, euro jatuh terhadap pound yang secara luas lebih kuat, yang naik di tengah laporan media bahwa Inggris dapat mencapai perjanjian perdagangan pasca-Brexit dengan Uni Eropa pada awal pekan depan.
Euro terakhir turun 0,3 persen terhadap sterling pada 89,47 pence.
Yuan di luar negeri, sementara itu, mencapai level tertinggi sejak Juni 2018 terhadap dolar pada 6,5457, setelah data ekonomi positif terus mendukung mata uang China.
Baca juga: Harga emas melonjak 12,9 dolar, naiknya COVID picu kekhawatiran baru
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020