"Penurunan kualitas mutu pembelajaran tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Kualitas pembelajaran menurun akibat pandemi ini," ujar Nadiem dalam webinar yang diselenggarakan Bank Dunia di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Nadiem : Asesmen Nasional tidak bisa "dibimbelkan"
Baca juga: Mendikbud: Bantuan upah bagi honorer dengan gaji di bawah Rp5.000.000
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan mitigasi hal itu dengan relaksasi zona hijau dan kuning.
Selain itu, meluncurkan kurikulum darurat, yang mana sekolah dapat menerapkan kurikulum tersebut selama pandemi, menciptakan modul pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang bisa dilakukan tanpa teknologi atau paket pembelajaran tanpa harus daring.
"Kami juga membebaskan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk mendukung pembelajaran selama pandemi, seperti untuk membeli pulsa, bahkan untuk membeli gawai yang dipinjamkan kepada murid-murid juga boleh," katanya.
Selanjutnya, juga dilakukan inovasi pemberian bantuan kuota internet selama empat bulan dari September hingga Desember.
"Ke depan, kami akan memberikan otonomi pada daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka secara bertahap," kata Nadiem.
Dalam kesempatan itu, dia juga mendorong guru melakukan perubahan pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan dengan Program Guru Penggerak.
Baca juga: Kemendikbud dorong pemda sosialisasikan Program Guru Penggerak
Program Guru Penggerak merupakan upaya Kemendikbud menjaring bibit unggul calon pemimpin (kepala sekolah) pada masa depan. Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam kemajuan sekolah.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020