“Kita mempunyai potensi yang cukup besar tapi hingga saat ini pemanfaatannya masih rendah. Saat ini kalau kita melihat capaian masih jauh dari target yang telah ditetapkan di tahun 2025 sebesar 23 persen. Tahun 2020 ini kurang lebih kita mencapai 11% dari yang ditargetkan. Capaian ini umumnya berasal dari PLTA, PLTP dan biofuel. Jadi 3 komoditi ini yang mendominasi, kedepannya Pemerintah akan dorong pengembangan pembangkit dari sumber EBT lainnya,” tutur Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna dalam panel diskusi oleh Telkom University bertajuk “Sustainability Energy dan Talenta untuk Indonesia Maju” secara virtual hari ini, Selasa.
Feby menyebutkan program pengembangan EBT yang pertama sekali adalah penciptaan pasar baru untuk energi terbarukan melalui program REBID dan REBED. REBID dilaksanakan melalui pengembangan potensi PLTA dan PLTP skala besar yang terintegrasi dengan pengembangan industri serta sinergitas pengembangan EBT dengan pengembangan kluster ekonomi. Tujuan utamanya adalah pemanfaatan EBT skala besar untuk menciptakan pertumbuhan industri sebagai upaya menghasilkan produk global. Beberapa perkembangan PLTA melalui skema REBID antara lain PLTA Kayan 9.000 MW untuk industri manufaktur (persiapan konstruksi), PLTA Mentarang 1.375 MW untuk industri smelter (FS dan perizinan), rencana pengembangan PLTA Sembakung 250 MW dan PLTA Bahao 1.300 MW.
Selain PLTA, program REBID juga diimplementasikan untuk pembangkit listrik berbasis panas bumi. Adapun rencana perkembangan PLTP dengan skema REBID antara lain PLTP Hamiding 200 MW di Halmahera, PLTP Jailolo 30 MW di Halmahera, PLTP Songa Wayaua 10 MW di Bacan, PLTP Blawan Ijen 165 MW di Jawa Timur, dan PLTP Arjuno Welirang 180 MW di Jawa Timur.
Sementara itu, REBED merupakan program penggunaan EBT untuk memacu perekonomian wilayah termasuk pada lokasi 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal). Lebih rinci Feby menguraikan implementasi program pengembangan EBT melalui skema REBED, antara lain pengembangan micro grid untuk mengembangkan kluster ekonomi terpadu di pulau-pulau kecil, pengembangan PLTS untuk cold storage, pengembangan PLTBm skala kecil berbasis potensi bahan baku lokal, pengembangan Proyek PLTP sesuai dengan Program Flores Geothermal Island dan isolated-system lainnya, konversi PLTD menjadi PLT EBT secara bertahap, serta perencanaan dan pembangunan penyediaan listrik di wilayah 3T.
“Tentunya selain kedua program di atas, Pemerintah juga mengupayakan program-program yang lain. Kami mengharapkan peranan akademisi dalam penelitian dan pengembangan teknologi untuk mendukung akselerasi pengembangan EBT ini. Generasi muda menjadi pelopor penerapan EBTKE di tanah air melalui inovasi,” pungkas Feby.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020