PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA berkomitmen mengoptimalkan pemakaian produk dalam negeri dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.Meskipun, material impor tersebut harganya murah, saya harus tetap memakai produk dalam negeri
"WIKA berkomitmen mengoptimalkan pemakaian produk dalam negeri sehingga bisa untuk menumbuhkan ekonomi dalam negeri," ujar Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito dalam seminar daring di Jakarta, Rabu.
Baca juga: WIKA raih lima penghargaan bergengsi ESG Terbaik 2020
Menurut dia, salah satu usaha untuk menerapkan hal ini adalah di dalam prosedur perseroan, jika memang material sudah bisa diproduksi di dalam negeri, maka diwajibkan menggunakan produk dalam negeri tersebut.
"Meskipun, material impor tersebut harganya murah, saya harus tetap memakai produk dalam negeri karena itu sebagai komitmen WIKA untuk mengoptimalkan produk dalam negeri," katanya.
Anak usaha WIKA, PT WIKA Bitumen, sebagai produsen aspal alam Buton, juga berkomitmen memproduksi dan mengembangkan produk unggulan dari sumber daya alam Indonesia.
WIKA Bitumen memproduksi tiga komponen material konstruksi yakni bahan baku aspal Buton, Buton granular asphalt, dan aspal ekstraksi Buton.
WIKA saat ini sedang mengembangkan aspal ekstraksi yang akan menjadi material pengganti aspal impor.
Itu yang sedang dikejar sehingga pada 2023 harapannya WIKA sudah bisa mengambil prosisi 50 persen dari aspal impor yang dapat digantikan oleh aspal ekstraksi buatan dalam negeri.
Kebutuhan produk aspal nasional adalah sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dengan 300 ribu ton di antaranya sudah bisa dipenuhi produsen dalam negeri, sehingga sekitar satu juta ton aspal masih diimpor.
Dengan demikian WIKA dituntut untuk menekan impor dan perseroan sudah melakukan riset serta pengembangan sejak 2015, kemudian pada 2018 sudah membangun mini extraction plant untuk aspal dengan kapasitas 2.000 ton per tahun dan saat ini sudah bisa berproduksi.
Setelah melalui serangkaian uji coba, ternyata memang dari semua aspek aspal yang dihasilkan oleh WIKA memiliki kualitas lebih baik dibandingkan aspal yang beredar di pasaran yakni jenis aspal penetrasi rendah (PEN) 60/70.
"Dari situ kita sekarang sedang dalam proses pengeluaran sertifikat bagi aspal Buton yang kita hasilkan yakni jenis PEN 40/50, yang pada Desember 2020 diharapkan sudah terbit sehingga telah tersertifikasi dan bisa digunakan oleh pelaku jasa konstruksi di Indonesia," kata Agung.
Di samping itu, WIKA juga berencana untuk membuat big extraction plant untuk aspal berkapasitas 2x100.000 ton per tahun pada 2021, kemudian pada 2022 akan memulai untuk membangun pabrik berikutnya.
"Harapan kami, komponen aspal yang memang tingkat komponen dalam negerinya (TKDN) sangat rendah bisa WIKA penuhi pada 2023 dan 2024," ujar Dirut WIKA.
Baca juga: WIKA Aspal sukses melakukan ekspor 50.000 MT Buton Rock Asphalt ke Tiongkok
Baca juga: WIKA batal bangun hotel berbintang di Mataram
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020