• Beranda
  • Berita
  • PDIP siap lawan strategi pecah belah di Pilkada Surabaya

PDIP siap lawan strategi pecah belah di Pilkada Surabaya

19 November 2020 14:19 WIB
PDIP siap lawan strategi pecah belah di Pilkada Surabaya
Para pengurus PDIP mulai dari DPP, DPD dan DPC kompak memenangkan Pasangan Cawali dan Cawawali Surabaya Eri dan Armuji usai melakukan rapat konsolidasi di Kota Surabaya beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/HO-Media Center Eri-Armuji)
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) siap melawan adanya strategi pecah belah yang disuarakan kubu lawan dengan tujuan melemahkan dukungan terhadap pasangan calon Eri Cahyadi-Armuji di Pilkada Surabaya.

"Debat publik kedua tadi malam (18/11) menunjukkan kualifikasi kepemimpinan Eri-Armuji, berhadapan dengan Machfud-Mujiaman yang lebih mengedepankan retorika, namun tidak memahami persoalan tata kota, investasi dan juga manajemen pemerintahan yang baik," ujar politikus senior PDIP sekaligus mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat saat dihubungi wartawan di Surabaya, Kamis.

Menurut Djarot, dikarenakan Machfud Arifin kurang begitu paham pemerintahan yang baik, maka strategi yang dipakai adalah memecah belah, termasuk mendekati putra sulung almarhum mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan I. Soetjipto (Pak Tjip) Jagad Hariseno.

"Politik pemecah belah selama masa kolonial selalu dilawan oleh seluruh anak bangsa, termasuk NU, Muhammadiyah, dan PNI saat itu. Jadi rasanya kurang elok kalau tim Machfud-Mujiaman menjalankan politik adu domba, termasuk apa yang dilakukan oleh Mat Mochtar. Sebab itu cara kolonial yang ditentang arek-arek Surabaya," katanya.

Baca juga: Ponpes Salafiyah Syafi'iyah bantah dukung paslon di Pilkada Surabaya
Baca juga: Whisnu tanggapi perbedaan politik dengan kakaknya di Pilkada Surabaya
Baca juga: Pengamat: Jadikan Pilkada Surabaya bebas politik uang


Djarot mengatakan DPP PDIP telah memecat Mat Mochtar karena perilakunya yang tidak terpuji. Sehingga, lanjut dia, jika Mat Mochtar mengaku anggota partai harus memiliki kesadaran berorganisasi.

"Eri Cahyadi-Armuji adalah calon yang diusung PDI Perjuangan. Saya tahu persis bagaimana sebelum mengambil keputusan Ibu Megawati melakukan kontemplasi," katanya.

Bahkan saat itu, lanjut dia, agar keputusan benar-benar sesuai harapan rakyat Surabaya, sebulan sebelum Eri-Armuji diumumkan, Megawati tidak mau terima tamu, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

"Dengan demikian keputusan benar-benar jernih, tulus, untuk masa depan Kota Surabaya. Eri diputuskan sebagai calon karena kepemimpinannya. Eri adalah sosok muda, berprestasi di Surabaya. Sebagai seorang insinyur, mampu membuat perencanaan dan desain kemajuan bagi Surabaya untuk Indonesia dan dunia," ujarnya.

Atas dasar itu, Djarot meyakini, bahwa justru ketika Eri-Armuji dikepung dan pihak lawan memiliki begitu banyak logistik dan dana, maka warga Surabaya justru akan bersatu.

"Eri semakin kuat justru karena gemblengan dan kepungan. Apa yang terjadi justru membuktikan bagaimana masyarakat Surabaya memiliki keberanian untuk memilih pemimpin muda yang jujur, berpengalaman, dan visioner. Jadi ketika Surabaya dikepung, seperti halnya ketika sekutu mengepung Surabaya, perlawanan rakyat untuk mendukung pemimpin yang baik akan semakin kuat," katanya.

Diketahui Pilkada Surabaya 2020 diikuti dua pasangan calon (paslon), yakni Eri Cahyadi-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman.

Eri Cahyadi-Armuji diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Selain itu mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik non parlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.

Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020