"Tokoh agama, keluarga, adalah aktor penting dalam penyebaran informasi," kata Direktur Katadata Insight Center Mulya Amri, saat paparan virtual, Jumat.
Baca juga: MPMX buka kelas literasi digital, salurkan alat belajar online
Baca juga: OJK: Inklusi & literasi keuangan digital seimbang dorong kesejahteraan
Temuan di lapangan, responden menaruh kepercayaan tertinggi untuk informasi yang bersumber dari tokoh agama.
Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 50,6 persen menjawab percaya terhadap tokoh agama dan 34,7 persen yang menjawab biasa saja. Persentase responden yang menjawab "sangat percaya" untuk tokoh agama berjumlah 11,1 persen, sementara gabungan yang tidak percaya dan sangat tidak percaya 2,7 persen.
Sementara itu, keluarga dan saudara berada di urutan kedua, 49,3 responden menjawab percaya, 38,8 persen biasa saja. Sebanyak 9,4 persen responden menyatakan sangat percaya terhadap informasi dari keluarga dan saudara mereka, hanya 2,3 persen yang tidak percaya.
Sumber lainnya yang dipercaya masyarakat secara umum adalah Ketua Rukun Tetangga/Rukun Warga, ketua adat, tokoh pemuda, warga lingkungan atau tetangga, teman kantor dan teman alumni.
Ketika ditanya siapa orang yang paling sering membagikan informasi di media sosial mereka, responden yang menjawab keluarga dan saudara sebanyak 75,6 persen, diikuti warga lingkungan/tetangga (58,1 persen) dan teman alumni (45,6 persen).
Keluarga dan saudara juga menduduki urutan teratas kepada siapa responden meneruskan informasi yang diperoleh dari media sosial, yakni sebesar 81,3 persen. Terdapat 66,1 persen responden yang meneruskan informasi dari media sosial ke teman dekat dan pasangan sebanyak 38,8 persen.
Platform yang paling banyak digunakan untuk berbagi informasi di Indonesia adalah WhatsApp (90,8 persen), Facebook (50,7 persen) dan Instagram (11,3 persen).
Katadata menemukan kondisi yang berbeda di daerah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T, tokoh agama masih menjadi sumber informasi terpercaya (75,9 persen), namun, kepercayaan masyarakat terhadap ketua adat (75 persen) lebih tinggi dibandingkan keluarga dan saudara (58,7 persen).
Survei Literasi Digital Nasional ini melibatkan 1.670 responden di 34 provinsi, usia 13 hingga 70 tahun, yang mengakses internet selama tiga bulan terakhir. Survei dilakukan pada 18-31 Agustus 2020.
Baca juga: Japelidi: Kompetensi literasi digital masyarakat mulai berkembang
Baca juga: Siberkreasi sebut literasi digital kerja gotong-royong
Baca juga: Literasi keuangan digital bantu publik hindari pinjaman ilegal via SMS
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020