"Untuk tahun 2020 ini Insya Allah PT PPI membukukan keuntungan atau laba sebesar Rp113,2 miliar dengan perputaran omset hingga mencapai Rp2,9 trilliun sampai akhir tahun," kata Direktur Keuangan SDM dan Umum PT PPI Kindy Rinaldy Syahrir usai acara peletakan batu pertama pembangunan Kantor dan Gudang PT PPI Cabang Yogyakarta di Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, sementara hingga bulan September 2020, perusahaan perdagangan andalan Indonesia tersebut sudah mencatatkan omset sebesar Rp1,6 trilliun dengan laba atau keuntungan yang sudah dicatatkan sebesar Rp62 miliar.
"Jadi untuk yang tiga bulan terakhir ini kita memiliki omset perdagangan dari daging kerbau, kemudian bahan kimia berbahaya. Kemarin setengah tahun masih menunggu izin impornya, dan di semester dua terutama di triwulan empat ini Insya Allah terealisasi, sehingga bisa mencapai lebih dari 40 persen dari target yang kita canangkan," katanya.
Kindy Rinaldy Syahrir mengatakan, sementara untuk tahun 2021, laba diharapkan meningkat hingga menjadi Rp115 miliar, meski begitu secara omset akan lebih efisien meski tidak perlu mencapai Rp2,9 miliar, mengingat perusahaan sudah menerapkan sistem kinerja manajemen berdasarkan key performance indicator (KPI) Kementerian BUMN, KPI Operasional dan KPI SDM.
"Tapi Insya Allah dengan omset mencapai Rp2,3 triliun sampai Rp2,4 triliun saja kita sudah lebih baik, karena efisiensi secara sistem baik di operasi dan SDM, karena mulai Oktober kemarin kita sudah menerapkan KPI, sehingga secara pengelolaan sudah mendekati konsep manajemen berbasis kegiatan," katanya.
Kindy juga menyatakan, PT PPI dari sisi keuangan selama beberapa tahun terakhir ini memang selalu positif, meski tahun lalu ada pembebanan dari beban masa lalu seperti uang muka yang secara akumulatif dan mempengaruhi laba rugi, tetapi secara 'cash flow' selalu menunjukkan positif.
"Tahun ini semuanya baik, baik secara kinerja operasi kita efisiensi mencapai lebih 30 persen kita bisa meningkatkan produktivitas dengan langkah yang sama, sehingga diharapkan PT PPI yang menjadi 'trading capability' bisa memiliki opportunity, bisa mengembangkan bisnisnya di perdagangan pangan, maupun bisnis menunjang trading," katanya.
Dia mengatakan, sebab kalau secara trading tidak lancar, misalnya dari daerah penghasil tidak bisa langsung dengan pedagang besar yang ada di kota tersebut, maka akan mempengaruhi arus barang karena sulit didapat, apalagi persoalan financingnya.
"Sehingga Insya Allah dengan langkah nyata PT PPI ke depan Indonesia akan bisa menikmati apa yang sudah dicanangkan Menteri BUMN untuk holding pangan, supaya bisa mempermudah baik arus barang maupun arus financing untuk perdagangan pangan ini menjadi lebih lancar lagi," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020