"Bagaimana data itu sebagai suatu landasan pembangunan yang kokoh yang kemudian menjadi hal yang sangat menentukan ke depan," kata Hasto dalam webinar bertema Big Data What and For What, di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa data merupakan landasan yang sangat penting untuk melihat fakta dan fenomena yang sesungguhnya di lapangan.
Baca juga: BKKBN paparkan rencana strategi tingkatkan kualitas SDM Indonesia
Melalui data, BKKBN mampu melakukan diagnosis permasalahan keluarga dengan tepat, termasuk di dalamnya juga bisa membantu mendiagnosis penyebab kemiskinan suatu keluarga.
Tanpa adanya diagnosis yang benar akibat kurangnya validitas sebuah data, maka program-program yang ditujukan untuk pembangunan keluarga juga akan sia-sia.
Untuk itu, dibutuhkan penyusunan rencana yang matang berlandaskan data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga arah pembangunan ke depan akan sesuai dengan target yang diharapkan.
"Kebetulan BKKBN di Tahun 2021 menyelenggarakan pendataan keluarga dan juga BKKBN ada indikator kinerja baru namanya IPK, Indeks Pembangunan Keluarga," kata Hasto.
Baca juga: Ahli kependudukan: Mayoritas lansia merasa khawatir di tengah pandemi
IPK tersebut, kata dia, merupakan bagian dari cara untuk mendiagnosis permasalahan di dalam sebuah keluarga. Melalui IPK sebagai sebuah big data, Hasto berharap kinerja keluarga dapat dinilai satu per satu menjadi bagian dari data mikro.
Pendataan tersebut juga diharapkan dapat sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo agar pelaksanaan kebijakan pemerintah dapat berjalan lebih optimal melalui pemanfaatan data yang benar.
"Tentu harapannya nantinya dari data bisa membuat perencanaan yang baik, membuat keputusan, melakukan evaluasi dan juga sebagai alat konfirmasi dan juga memformulasikan kebijakan yang sudah dikerjakan," demikian kata Hasto Wardoyo.
Baca juga: Kepala BKKBN sebut ketahanan pangan tentukan kualitas SDM
Baca juga: BKKBN komitmen digitalisasi arsip manfaatkan "big data" keluarga
Pewarta: Katriana
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020