Blinken merupakan orang yang lama menjadi kepercayaan Biden. Ia pernah menjabat sebagai orang nomor dua di Departemen Luar Negeri AS sebagai penasihat keamanan nasional pada pemerintahan Barack Obama, yang saat itu Biden menjabat sebagai wakil presiden.
Blinken adalah pilihan pertama Biden, kata narasumber kedua yang juga dekat dengan tim transisi. Biden, kata dia, kemungkinan akan mengumumkan pilihannya itu pada Selasa (24/11).
Sementara Blinken disebut sebagai kandidat utama menteri luar negeri AS, Jake Sullivan, penasihat Biden lainnya, kemungkinan akan ditunjuk sebagai penasihat keamanan nasional, kata narasumber pertama. Kabar tersebut pertama kali diberitakan oleh Bloomberg News.
Tim transisi Biden masih menolak untuk berkomentar. Blinken dan Sullivan juga belum menanggapi pertanyaan terkait laporan tersebut.
Blinken dan Sullivan telah membantu Biden menyusun strategi yang akan kembali mendekatkan AS ke sekutunya, negara-negara Barat, mengingat hubungan kedua pihak mendingin akibat pendekatan "America First" atau "Amerika yang Utama" Presiden Donald Trump.
Kedua sosok itu juga membantu Biden menemukan cara untuk memulihkan kembali hubungan luar negeri AS dan bekerja sama dengan negara-negara di dunia untuk mengatasi berbagai masalah global, seperti pandemi COVID-19 dan krisis ekonomi.
Biden telah berjanji bahwa AS akan kembali bergabung dalam perjanjian nuklir dengan Iran jika negara itu kembali tunduk pada isi kesepakatan.
Ia juga menjanjikan bahwa AS akan kembali masuk dalam Perjanjian Paris dan membatalkan rencana Trump yang ingin mengeluarkan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Biden juga akan membatalkan aturan di AS yang menghentikan pendanaan untuk kelompok pro aborsi.
Tiap langkah yang dibuat Biden nantinya akan membatalkan kebijakan-kebijakan Trump.
Beberapa kebijakan pemerintah baru akan segera diterapkan tidak lama setelah Biden resmi menjabat pada 20 Januari 2021.
Biden juga kemungkinan akan menunjuk Linda Thomas-Greenfield sebagai duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, demikian isi berita sejumlah media, Minggu.
Thomas-Greenfield merupakan seorang ahli kebijakan untuk hubungan luar negeri AS dan Afrika. Ia juga pernah mengisi jabatan diplomat senior pada masa pemerintahan Barack Obama. Thomas-Greenfield merupakan warga AS berkulit hitam.
"Diplomatnya diplomat"
Blinken, 58 tahun, lama memegang teguh pandangan bahwa AS harus secara aktif mengambil posisi sebagai pemimpin dunia, memelihara kerja sama dengan negara-negara sekutunya. Jika AS tidak melakukan langkah demikian, menurut dia posisi kepemimpinan akan diisi oleh negara seperti China, yang memiliki kepentingan berbeda dengan AS.
"Jika melihat beban yang ada ... opsi lain yang tersedia untuk kepentingan kita dan rakyat Amerika Serikat masih jauh lebih buruk," kata Blinken pada Oktober saat menjelaskan posisi politik luar negeri AS.
Sejumlah orang yang pernah bekerja bersama Blinken menyebut ia sebagai "diplomatnya diplomat" mengingat ia cakap sebagai juru runding dan punya tutur kata halus. Blinken juga dikenal ulung dan berpengalaman dalam urusan kebijakan luar negeri AS.
Setelah kandidat presiden dari partai Demokrat, Hillary Clinton, kalah pemilihan presiden pada 2016, Blinken menjadi salah satu pendiri WestExec Advisors, perusahaan yang bergerak bidang jasa konsultasi untuk risiko terkait dinamika politik dunia. Perusahaannya itu bermarkas di Washington.
Blinken sempat mengambil kuliah hukum singkat sebelum ia terjun ke dunia politik pada akhir 1980-an dan membantu tim kampanye presiden Michael Dukakis menggalang dana.
Ia kemudian bergabung menjadi penulis pidato Gedung Putih saat AS dipimpin oleh Bill Clinton. Blinken juga bertugas sebagai salah satu penasihat keamanan dalam negeri Bill Clinton.
Sementara itu, saat AS dipimpin oleh Obama, Blinken banyak terlibat mengurangi jumlah pasukan AS di luar negeri. Namun pada tahun lalu, ia mengatakan Trump telah "menghancurkan kredibilitas AS" dengan menarik mundur tentara AS di Suriah pada 2019 sehingga pasukan Kurdi, sekutu AS, kesulitan menghadapi serangan IS.
Selama masa kampanye, Blinken merupakan salah satu penasihat dekat Biden. Ia juga kerap membantu Biden untuk menjawab masalah-masalah di luar isu kebijakan luar negeri.
Kepercayaan Biden terhadap Blinken merupakan hasil kerjanya selama bertahun-tahun sebagai penasihat kampanye sejak 2008. Ia pernah menjabat sebagai penasihat keamanan nasional di awal masa jabatan Biden sebagai wakil presiden. Blinken juga sempat menjabat sebagai direktur staf Partai Demokrat di Komite Luar Negeri Senat AS saat Biden menjabat sebagai ketua.
Sementara itu, Sullivan merupakan salah satu penasihat kebijakan Biden. Ia juga sempat bekerja sebagai penasihat Hillary. Di bawah pemerintahan Obama, Sullivan menjabat sebagai penasihat keamanan nasional wakil presiden, posisi yang saat itu diisi oleh Biden.
Sullivan, 43 tahun, lulus dari Yale dan mendapat beasiswa Rhodes di Oxford. Ia banyak dikenal sebagai orang di balik layar mengingat ia pernah terlibat dalam negosiasi rahasia dengan Iran yang berujung pada perjanjian pengendalian nuklir. Namun, Trump mengeluarkan AS dari kesepakatan tersebut.
Sullivan memiliki rekam jejak yang luas di bidang kebijakan dalam negeri dan luar negeri. Ia juga memengaruhi pandangan tim kampanye mengenai kesehatan masyarakat dan kebijakan ekonomi selama pandemi.
Ia merupakan salah satu tokoh yang langsung dipilih untuk mendampingi Biden selama masa transisi.
Sumber: Reuters
Baca juga: Akun @POTUS jadi milik Biden 20 Januari
Baca juga: Menlu Arab Saudi yakin Biden akan kejar stabilitas regional
Baca juga: Biden: Penolakan Trump terhadap pilpres "tak bertanggung jawab"
Trump bergegas menjual sewa minyak Alaska, sebelum Biden berkuasa
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020