...libur dipotong pasti banyak pengusaha kecewa, banyak dirugikan di sektor pariwisata
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira memprediksi pemangkasan libur panjang akhir tahun akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi masyarakat.
“Libur Natal dan Tahun Baru ini puncak konsumsi rumah tangga tertinggi kedua setelah libur Idul Fitri, jika diperpendek pasti berdampak, khususnya ke sektor pariwisata,” kata Bima Yudistira dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, pemangkasan libur panjang juga akan memberikan kerugian kepada pelaku usaha bidang perhotelan dan restoran karena mereka sudah menyiapkan stok lebih banyak mulai dari kamar hingga merekrut tenaga kerja baru.
Dampaknya, lanjut dia, juga kepada konsumsi rumah tangga karena masyarakat ekonomi menengah ke atas biasanya berbelanja saat libur panjang akhir tahun.
Baca juga: Menkeu: Indikator ekonomi tak membaik saat libur panjang masa COVID-19
Baca juga: Menko PMK: Presiden minta pengurangan libur-cuti bersama akhir tahun
“Mereka menyiapkan stok bahan baku dan kamar dan dari November mulai merekrut pegawai baru untuk menyiapkan peak season akhir tahun, tapi libur dipotong pasti banyak pengusaha kecewa, banyak dirugikan di sektor pariwisata,” katanya.
Apabila libur panjang dipangkas benar-benar direalisasikan, ia memperkirakan konsumsi akan tumbuh negatif kisaran 3-4 persen pada kuartal IV-2020 karena konsumsi rumah tangga berperan kisaran 56-57 persen terhadap pergerakan ekonomi dalam negeri.
Ia mendorong pemangku kebijakan untuk percaya diri dengan protokol kesehatan yang sudah diterapkan.
“Kalau pesimis angka penularan meningkat karena libur panjang berarti sekalian dilakukan pembatasan sosial lebih ketat,” imbuhnya.
Baca juga: Wagub DKI sebut peningkatan pasien COVID-19 akibat libur panjang
Baca juga: Satgas COVID-19 bisa rekomendasikan libur panjang Desember 2020
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020