Gedung asrama sempit yang dihuni oleh pekerja migran muda dan berpenghasilan rendah, yang kebanyakan berasal dari Bangladesh, India, dan China, sebelumnya menjadi pusat penularan infeksi di Singapura pada awal tahun ini.
Sementara tidak ada laporan kasus lokal tambahan di Singapura dalam dua pekan terakhir, masih ada sejumlah kasus infeksi yang berasal dari pelancong luar negeri--yang telah segera menjalani isolasi, kata otoritas setempat.
Singapura adalah satu di antara sedikit negara pertama yang awal tahun ini melaporkan kasus COVID-19, di luar China, yakni pada 23 Januari.
Sejauh ini, tercatat lebih dari 58.000 kasus di negara itu, namun hampir semua pasien telah sembuh, sementara rasio angka kematiannya merupakan yang terendah di dunia, dengan 28 kasus.
Kebanyakan kasus COVID-19 di Singapura terjadi di asrama. Otoritas menerapkan aturan karantina yang ketat di fasilitas tersebut, hingga menimbulkan kritik dari kelompok HAM. Namun, otoritas masih melanjutkannya untuk menahan kasus klaster, meskipun kasus di masyarakat secara umum sudah terus menurun.
Selasa ini menandai pertama kalinya Singapura menyatakan bahwa pihaknya tidak lagi mempunyai kasus klaster aktif sejak wabah mulai masuk ke negara itu.
Sebelumnya, Singapura telah menerapkan karantina nasional selama dua bulan untuk menahan laju penularan mulai April. Setelahnya, kehidupan masyarakat Singapura kembali normal, namun penggunaan masker tetap diwajibkan, dan terdapat aturan ketat menjaga jarak, serta sebagian besar pintu masuk negara itu masih ditutup.
Sumber: Reuters
Baca juga: Singapura buka pameran travel pertama sejak pandemi
Baca juga: Singapura bergulat dengan virus corona di asrama pekerja migran
Baca juga: Singapura akan beri turis gelang pemantau karantina
Pewarta: Suwanti
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020