• Beranda
  • Berita
  • Kesiapan "cold chain" vaksin COVID-19 capai 97 persen

Kesiapan "cold chain" vaksin COVID-19 capai 97 persen

26 November 2020 17:29 WIB
Kesiapan "cold chain" vaksin COVID-19 capai 97 persen
Tim dokter riset uji vaksin mewawancarai relawan uji vaksin di Fakultas Kedokteran Unpad, Jalan Eyckman, Kota Bandung, Kamis (6/8/2020). ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi.

Secara umum, vaksin akan rusak jika terpapar oleh sinar Matahari secara langsung

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengatakan kesiapan "cold chain" (rantai dingin) vaksin COVID-19 di Indonesia mencapai 97 persen.

"Saat ini rata-rata persiapan 'cold chain' di Indonesia mencapai 97 persen," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

"Cold chain" terdiri atas lemari es dan "freezer" untuk menyimpan vaksin, dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi, terutama untuk kegiatan di luar gedung/lapangan.

"Secara logistik kesiapan prosedur untuk menjaga suhu vaksin atau 'cold chain' untuk menjaga kualitas vaksinnya, sudah berjalan dengan baik," kata dia.

Mengenai jumlah sumber daya manusia yang dipersiapkan untuk melakukan vaksinasi dikoordinasikan dengan pemerintah daerah.

"Pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memenuhi jumlah SDM yang dibutuhkan dalam vaksinasi. Jumlah SDM akan menyesuaikan dengan peserta vaksinasi dan menyesuaikan dengan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan," kata dia.

Ia menjelaskan pemerintah saat ini sedang melakukan finalisasi daerah prioritas yang akan memperoleh vaksin.

"Dengan mempertimbangkan jumlah kasus positif, jumlah penduduk, luas daerah, dan faktor lainnya," ungkap Wiku.

Baca juga: Tak ada efek saat uji klinis, Sinopharm izin pasarkan vaksin COVID-19

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sampai dengan akhir 2016, sudah 78,8 persen puskesmas memiliki lemari es penyimpan vaksin yang sesuai standar, sedangkan pada 2017 disediakan lagi 1.861 lemari es.

Pada akhir 2018, Kementerian Kesehatan memastikan ketersediaan rantai dingin di seluruh puskesmas dapat terpenuhi untuk mendukung pelaksanaan program imunisasi yakni 9.951 puskesmas akan memiliki "cold chain" sesuai standar.

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan sehingga harus disimpan pada suhu tertentu, yakni 2-8 derajat Celcius untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku) dan minus 15-minus 25 derajat Celcius untuk vaksin yang sensitif panas.

Secara umum, vaksin akan rusak jika terpapar oleh sinar Matahari secara langsung.

Pemerintah Indonesia diketahui sudah meneken kesepakatan untuk pengadaan 143 juta dosis konsentrat vaksin dengan perusahaan farmasi asal China, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino, masing-masing 65 juta dan 15 juta hingga 20 juta konsentrat vaksin. Vaksin itu rencananya diproduksi perusahaan BUMN, PT Bio Farma.

Uji klinis tahap ketiga vaksin COVID-19 Sinovac dilakukan tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran sejak Agustus 2020 dan sudah 1.620 relawan yang mendapatkan suntikan pertama, dan belum ditemukan efek samping.

Selain dengan China, Indonesia menjalin kerja sama vaksin dengan perusahaan teknologi G-24 asal Uni Emirat Arab (UAE) pertengahan Agustus dengan memasok 10 juta dosis vaksin melalui kerja sama dengan PT Kimia Farma.

Selain itu, masih ada 100 juta dosis vaksin COVID-19 yang diproduksi AstraZeneca diharapkan dapat dilakukan pengiriman pertama pada kuartal kedua 2021.

Baca juga: Presiden Jokowi minta simulasi vaksinasi COVID-19 terus dilakukan
Baca juga: Wapres tinjau simulasi vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Cikarang Utara

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020