"Sampai saat ini belum ada satupun vaksin yang sedang diteliti yang bisa mengetahui persisnya berdasarkan bukti bahwa antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan setelah vaksinasi itu akan bertahan apakah enam bulan, apakah setahun ataukah barangkali tiga bulan sudah hilang, itu masih dievaluasi," kata Amin kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Amin menuturkan karena vaksin COVID-19 dan juga pandemik COVID-19 adalah sesuatu yang baru sehingga walaupun sudah ada yang hampir selesai uji klinis fase 3, namun belum ada yang bisa memberikan data ilmiah mengenai jangka waktu kekebalan yang ditimbulkan setelah vaksinasi, akan bertahan.
Oleh karena itu, setelah pemberian vaksin, masih akan dilakukan pemantauan terhadap para penerima vaksin.
Amin menuturkan ada "post marketing surveilance" (pengawasan pascapemasaran) setelah diberikan izin edar vaksin, yang dianggap sebagai "uji klinik fase 4".
Pada tahap pengawasan pascapemasaran, dari populasi yang divaksinasi, secara acak akan diambil sampel darahnya untuk dipantau misalnya setelah setahun atau dua tahun, untuk melihat kekebalan tubuh pada penerima vaksin.
Pemantauan itu juga dilakukan untuk memastikan keamanan vaksin pascapemberian izin edar dan proses imunisasi.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020