• Beranda
  • Berita
  • Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat

Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat

27 November 2020 15:04 WIB
Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat
Pegawai Kemenag Aceh saat menghadiri dialog kerukunan umat beragama di Sorong, Papua Barat. (FOTO ANTARA/HO-Kemenag Aceh)

Alhamdulillah, ini kesempatan berharga bagi saya untuk belajar dan membahas tentang langkah-langkah merawat kerukunan umat beragama di nusantara bersama guru agama lintas agama dengan rekan dari provinsi lain

Pegawai Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Aceh yang bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Kuta Malaka Aceh Besar, Muhammad Nasril diundang ke Papua Barat untuk mengisi dialog peningkatan peran guru terkait kerukunan umat beragama di Indonesia.

"Alhamdulillah, ini kesempatan berharga bagi saya untuk belajar dan membahas tentang langkah-langkah merawat kerukunan umat beragama di nusantara bersama guru agama lintas agama dengan rekan dari provinsi lain," kata M Nasril saat dihubungi dari Banda Aceh, Jumat.

Kegiatan yang berlangsung di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat itiu, kata dia, juga mengundang guru agama lintas kepercayaan di beberapa provinsi dan perwakilan Kasubbag Organisasi dan Tata Laksana Kerukunan Umat Beragama (Ortala KUB) dari kantor wilayah Kemenag provinsi se-Indonesia.

Sementara itu Kepala Pusat KUB Kemenag Nifasri mengatakan pihaknya terus berikhtiar untuk merawat kerukunan umat beragama di nusantara.

"Pertemuan ini sengaja dikemas dalam agenda dialog, hal ini juga bertepatan pada peringatan Hari Guru Nasional," katanya.

Nifasri menyampaikan guru memiliki peran strategis dalam upaya menjaga dan merawat kerukunan beragama di Indonesia.

"Mereka bersentuhan langsung dengan anak didik, maka perlu guru memahami moderasi beragama dan kemudian menyampaikan pesan 'wasathiyah' dan toleran," katanya.

Ia menambahkan peran guru agama dalam menjaga kerukunan umat beragama sangat besar, melalui penyampaian ajaran agama oleh para guru dapat melahirkan anak-anak yang betul-betul memahami ajaran agama secara baik, paham agamanya karena pada prinsipnya ajaran agama itu adalah kebaikan, akhlak, budi pekerti, kejujuran dan daya saing.

"Sekarang saatnya guru agama harus kuat, harus bersemangat, harus percaya diri, menunjukkan bahwa guru agama adalah tiang kerukunan, tanpa guru agama masyarakat kita sulit untuk rukun. Karena jika masyarakat jauh dari agama, hanya ajaran agamalah yang bisa membuat manusia ingat dengan Tuhan, patuh kepada Tuhan, serta patuh kepada pemimpinnya," katanya.

Selain itu, kata dia, agar kerukunan umat beragama dapat terus terjaga, maka seluruh umat beragama di Indonesia harus menjalankan indikator kerukunan yakni, saling menghormati, menghargai kesetaraan, dan bisa bekerja sama.

"Melalui dialog ini kita harapkan dapat menghasilkan suatu rumusan atau solusi yang bisa berbagi antara satu dengan yang lainnya terkait dengan moderasi dan kerukunan umat beragama," demikian Nifasri.

Baca juga: FKUB: kerukunan umat beragama di Aceh terlaksana baik

Baca juga: Momentum hari pahlawan merekatkan persatuan dari Aceh sampai Papua

Baca juga: Wamenag : Papua Barat layak jadi laboratorium kerukunan beragama

Baca juga: Pemerintah Provinsi Aceh masih fasilitasi pemulangan warganya di Papua


 

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020