Akademisi dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Pinky Saptandari mengatakan jamu baik untuk dikonsumsi guna meningkatkan daya tahan tubuh apalagi saat pandemi COVID-19.Ini menjadikan inspirasi pada kita semua betapa hebatnya rempah Indonesia yang tidak saja menghangatkan dunia tapi juga memberikan rasa pada dunia
"Karena di tengah krisis pandemi orang didorong untuk meningkatkan daya imunitas. Salah satu yang dianggap untuk meningkatkan imunitas adalah ramuan rempah-rempah yang dijadikan minuman," kata dia dalam acara Master Class Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan tema "Sambung Rasa: Master Rempah Dunia 2020" di Jakarta, Jumat.
Pinky yang dosen di Universitas Airlangga itu, menuturkan jamu penting untuk mendukung proses penyembuhan, menjaga kesehatan dan kebugaran, serta memelihara kecantikan.
Ia menuturkan program Jalur Rempah menjadi kesempatan pada pemerintah dan pebisnis untuk menggelorakan semangat rempah guna menghangatkan dunia bahwa rempah bisa menjadi berkah tidak hanya untuk kesehatan tetapi bisa untuk nilai ekonomi.
Daerah-daerah di Indonesia memiliki beragam jamu atau minuman rempah yang berbeda satu sama lain dengan berbagai kreasi dan khasiat, seperti bir pletok dari Betawi, saraba dari Makasar, dan wedang secang atau uwuh dari Yogyakarta.
Semua itu, katanya, warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dikenal, dijaga, dan dilestarikan dari generasi ke generasi.
"Ini menjadikan inspirasi pada kita semua betapa hebatnya rempah Indonesia yang tidak saja menghangatkan dunia tapi juga memberikan rasa pada dunia," ujar Pinky.
Selain untuk menjaga kesehatan, katanya, rempah juga untuk obat lulur, dan minuman kesehatan.
"Rempah bisa untuk obat luar lulur, dan minum, sangat bermacam, tergantung tradisi kebudayaannya dan tergantung kepercayaannya dan ketersediaan bahan-bahannya," tutur Pinky.
#satgascovid19
Baca juga: Tips olah jamu di rumah untuk perkuat daya tahan tubuh
Baca juga: Popularitas jamu semakin meningkat di tengah pandemi
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020