• Beranda
  • Berita
  • Kesalahan tes di Inggris, 1.300 orang keliru dinyatakan positif corona

Kesalahan tes di Inggris, 1.300 orang keliru dinyatakan positif corona

28 November 2020 19:39 WIB
Kesalahan tes di Inggris, 1.300 orang keliru dinyatakan positif corona
Petugas kesehatan memeriksa sampel tes usap PCR di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangerang, Banten, Kamis (5/11/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/aww. (ANTARA FOTO/FAUZAN)

Masalah yang terjadi pada zat kimia untuk pengujian dalam satu kelompok waktu itu berarti bahwa hasil tes tersebut batal,

Lebih dari 1.300 orang di Inggris mendapatkan hasil tes keliru bahwa mereka terjangkit virus corona baru, akibat kesalahan di sebuah laboratorium milik pemerintah, NHS Test and Trace, menurut keterangan Departemen Kesehatan dan Perlindungan Sosial, Sabtu.

"NHS Test and Trace telah menghubungi 1.311 orang yang keliru diberitahu bahwa hasil uji COVID-19 mereka, yang diambil pada 19-23 November, adalah positif," kata juru bicara departemen, dalam sebuah pernyataan.

"Masalah yang terjadi pada zat kimia untuk pengujian dalam satu kelompok waktu itu berarti bahwa hasil tes tersebut batal. Langkah cepat sudah dilakukan dengan pemberitahuan kepada mereka, dan mereka diminta tes ulang, serta melanjutkan isolasi mandiri jika memang mengalami gejala," kata dia menambahkan.

Lebih lanjut disebutkan bahwa kesalahan laboratorium tersebut merupakan "kecelakaan tunggal" dan sedang diselidiki.

Pemerintah Inggris sebelumnya mengumumkan tambahan 7 miliar poundsterling (setara Rp131 triliun) untuk sistem pengujian dan penelusuran kontak COVID-19 sebagai bagian dari program lanjutan pengujian massal.

Baca juga: Inggris akan luncurkan tes massal baru COVID-19 di Liverpool

Sistem NHS Test and Trace telah mendapat banyak kritik setelah terjadi serangkaian kesalahan sejak pertama diluncurkan pada awal tahun ini, dan para menteri mengakui bahwa kinerja sistem itu tidak sebagus yang diharapkan.

Pada September, hampir 16.000 catatan kasus positif COVID-19 hilang dari sistem selama beberapa hari, sehingga membuat keterlambatan pada penelusuran kontak. Pemerintah menyalahkan sistem berkas "turunan" yang memotong data setelah 65.000 baris masukan data.

Menurut hitungan Reuters, hingga saat ini tercatat sekitar 1,6 juta kasus infeksi COVID-19 di Inggris serta lebih dari 57.500 kematian.

Sumber: Reuters

Baca juga: Langgar pembatasan COVID-19, Polisi Inggris tangkap 104 warga London

Baca juga: Media: Pangeran Inggris William terkena COVID-19 pada April

Pewarta: Suwanti
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2020