Bila pada 2019 luas lahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mencapai lebih dari 11 ribu hektare, maka pada tahun ini hanya mencapai 1.000 hektare lahan.
Hal itu disampaikan Dirreskrimsus Polda Jambi, Kombes Pol Edi Faryadi yang mewakili Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo saat rapat Analisa dan Evaluasi Karhutla Provinsi Jambi 2020, yang bertempat di Posko Karhutla eks VIP Bandara Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Minggu.
Ia mengatakan, keberhasilan tersebut berkat kerja sama TNI-Polri dengan masyarakat, pemerintah dan pihak perusahaan perkebunan yang berkeinginan kuat untuk mengurangi karhutla.
Salah satu keberhasilan dalam penanganan karhutla, menurut dia, karena adanya pengawasan melalui aplikasi 'Asap Digital'.
Baca juga: Pantau karhutla-banjir, Danrem dan Plt Gubernur Jambi patroli udara
Baca juga: BRG optimistis dapat selesaikan target restorasi gambut pada 2020
Baca juga: Musi Banyuasin bangun embung dan sumbur bor di lokasi rawan terbakar
"Pemantauan kebakaran hutan ini dapat dilihat dengan cepat menggunakan Asap Digital yang dipasang di wilayah rawan kebakaran," kata Edi Faryadi.
Dari aplikasi Asap Digital sebagai sarana pembantu, alat bantu untuk memudahkan melihat secara visual, secara riil adanya asap dan api.
"Kita akan memuat road map untuk tahun 2021, semua akan dikaji secara baik. CCTV Asap Digital tahun 2020 ditempatkan di 15 titik," kata Kombes Pol Edi Faryadi.
Sedangkan untuk kasus dan tersangka karhutla, pada 2019 menangani 45 kasus karhutla dengan sekitar 60 orang tersangkanya dan pada 2020 turun drastis, hanya melaksanakan 13 kasus.
"Artinya sangat jauh jika dibandingkan tahun lalu, semuanya perorangan, tidak ada perusahaan.” kata Direktur Reskrimsus Polda Jambi, Kombes Pol Edi Faryadi.
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020