"UL aset sangat berharga bagi (kelompok) Jamaah Islamiyah (JI) karena UL penerus Dr. Azahari," kata Awi di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Senin.
Dr.Azahari bin Husin adalah teroris asal Malaysia yang tewas dalam penyergapan aparat keamanan Indonesia di Batu, Jawa Timur, pada 9 November 2005.
Kelompok JI menganggap Upik sebagai aset berharga bagi JI karena kemampuan Upik dalam membuat bom berdaya ledak tinggi dan kemahiran militernya, seperti menembak.
JI pun sengaja menyembunyikan Upik agar tidak tertangkap oleh sergapan Densus 88.
Awi menjelaskan bahwa selama ini Upik Lawanga hidup secara berpindah-pindah. Tercatat pada 2007, Upik pergi dari Poso, Sulawesi Tengah, menuju Surabaya. Dia kemudian ke Solo, Jawa Tengah, hingga akhirnya menetap di Lampung.
Setelah 14 tahun menjadi buron, polisi menyebut wajah Upik tampak berubah, tutur Awi.
Densus 88 Antiteror telah menangkap Taufik Bulaga (TB) alias Upik Lawanga di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, pada 23 November 2020.
Tak hanya Upik, Densus juga meringkus tujuh orang rekan Upik lainnya di Lampung pada 23 November dan 25 November 2020.
Sejumlah barang bukti disita Densus dalam penangkapan Upik, termasuk delapan bilah senjata tajam, satu senjata api rakitan, satu senjata angin, sebuah panah, 13 peluru, dan sebuah bunker dengan kedalaman dua meter.
Taufik Bulaga alias Upik Lawanga ini diduga sebagai orang yang merakit bom di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton. Selain itu, warga Poso ini juga diduga terlibat kasus bom Solo dan bom Cirebon.
Baca juga: Terpidana teroris terkait Dr Azahari bebas bersyarat
Baca juga: BNPT: Indonesia "Surga" Bagi Teroris
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2020