• Beranda
  • Berita
  • Aprobi: Permintaan biodiesel turun 12 persen sejak pandemi

Aprobi: Permintaan biodiesel turun 12 persen sejak pandemi

2 Desember 2020 19:56 WIB
Aprobi: Permintaan biodiesel turun 12 persen sejak pandemi
Ilustrasi - Petugas menunjukkan sampel bahan bakar minyak (BBM) B-20, B-30, dan B-100 di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww/aa.

Dampak dari pandemi COVID-19 dapat dilihat dari pengurangan konsumsi biodiesel dari bulan April hingga September. Permintaan untuk biodiesel menurun hingga kurang lebih 12 persen

Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) mencatat permintaan biodiesel menurun hingga 12 persen akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan konsumsi bahan bakar, termasuk biodiesel menurun.

Dalam konferensi minyak sawit terbesar Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan memaparkan turunnya permintaan menyebabkan perbedaan harga biodiesel dan diesel semakin melebar hingga 461 dolar AS per ton hingga September 2020.

"Dampak dari pandemi COVID-19 dapat dilihat dari pengurangan konsumsi biodiesel dari bulan April hingga September. Permintaan untuk biodiesel menurun hingga kurang lebih 12 persen," kata Paulus dalam IPOC 2020 yang diselenggarakan secara virtual, Rabu.

Baca juga: Industri biodiesel lanjutkan rencana penambahan kapasitas produksi

Paulus menyebutkan total konsumsi biodiesel pada Januari hingga September 2020 sebesar 6,3 juta kiloliter dengan produksi sebesar 6,4 juta kiloliter.

Akibat pandemi harga minyak dunia juga mengalami fluktuasi pada awal 2020 dan terjadi anomali harga minyak yang sangat rendah. Namun Aprobi meyakini ada perkembangan positif terkait konsumsi biodiesel.

Ada pun proyeksi konsumsi biodiesel pada tahun ini sebanyak 9,6 juta kiloliter dan ekspor sebesar 1 juta kiloliter. Dengan adanya pengujian B40 yang sedang dalam proses untuk diimplementasikan tahun 2021/2022 proyeksi penyerapan biodiesel diharapkan mencapai 12,8 juta kiloliter.

Paulus memaparkan dalam pengembangan biodiesel terdapat banyak tantangan seperti kualitas biodiesel yang harus diperbaharui sesuai standar untuk memenuhi permintaan teknologi transportasi.

Baca juga: BPDPKS: Peremajaan sawit rakyat kian penting seiring naiknya biodiesel

"Berbagai hambatan perdagangan juga ditemui seperti Uni Eropa RED II, US RFS 2, kasus subsidi dan anti dumping dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, dan Peraturan Delegasi Uni Eropa tentang Minyak Sawit dan Biodiesel," kata Paulus.

Meski terdapat tantangan penurunan harga minyak akibat pandemi COVID-19, Paulus meminta agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan tetap melanjutkan mandatori B30.

Pemerintah juga perlu melakukan penyesuaian penataan kembali pungutan ekspor, mengurangi rentang harga solar dan biodiesel, serta kemungkinan dukungan anggaran pemerintah.

Baca juga: IPOC 2020, Ketua Gapki paparkan tantangan industri sawit saat pandemi

Baca juga: Menko Airlangga: Harga CPO bakal naik hingga 668 dolar/ton tahun depan

 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020